Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memukul balik kubu Demokrat setelah dikritik soal serangan AS yang mengakibatkan tewasnya Jenderal Qasem Soleimani.
Trump dikritik karena, tanpa sepengetahuan Kongres AS, melancarkan serangan udara di Irak pada 3 Januari yang menewaskan Jenderal Iran Qasem Soleimani.
Serangan AS tersebut meningkatkan ketegangan di Timur Tengah sekaligus menyulut amarah Iran untuk melakukan pembalasan dengan menembakkan sejumlah rudal ke dua pangkalan militer AS di Irak pada 8 Januari.
“Kami mendapatkan informasi, kami mendengar di mana dia [Soleimani] berada, kami tahu bagaimana dia ada di sana [Irak] dan kami harus membuat keputusan,” ujar Trump dalam sebuah kampanye di Toledo, Ohio, Kamis malam (9/1/2020) waktu setempat.
“Kami tidak punya waktu untuk menghubungi Nancy [Ketua DPR Nancy Pelosi], yang tidak bekerja dengan sangat pintar,” tambah Trump, dilansir dari Bloomberg.
Gedung Putih tidak secara resmi memberi tahu Kongres AS sampai setelah serangan itu terjadi, sehingga membuat geram banyak anggota parlemen Demokrat. Trump seharusnya terlebih dahulu memintakan otorisasi untuk menyerang seorang komandan militer negara lain.
Tak hanya dari Demokrat, pada Rabu (8/1/2020), dua senator Partai Republik, Mike Lee dan Rand Paul, mengkritik penjelasan singkat pemerintah tentang serangan itu.
Mereka mengeluh hanya tahu sedikit perihal intelijen yang dikatakan Trump mendukung keputusannya untuk memerintahkan pembunuhan Soleimani.
Kampanye Trump di Toledo adalah yang pertama sejak serangan terhadap Soleimani dan serangan balasan Iran ke dua pangkalan AS di Irak terjadi. Ancaman Trump untuk menyerang puluhan target di Iran tak terwujud karena tidak ada korban timbul dari serangan Iran.
"Pemerintahan yang lalu memimpin dunia ke arah perang, sementara kami sedang memulihkan dunia kita ke jalan perdamaian,” sesumbar Trump.
Dia menegaskan militer AS siap untuk dikerahkan untuk membalas serangan Iran seandainya terdapat korban dari serangan rudal pada 8 Januari.