Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah China tidak akan menambah kuota impor rendah-tarif tahunan untuk jagung, gandum, dan beras untuk mengakomodasi peningkatan pembelian barang-barang pertanian dari AS.
Pernyataan tersebut dikatakan oleh salah satu pejabat senior pertanian China, Han Jun, kepada media lokal China Caixin seperti dikutip dari Reuters.
Laporan tersebut pun menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang cara China untuk memenuhi target pengeluaran miliaran dolar lebih untuk barang-barang pertanian AS ketika kuota impor tidak ditambahkan.
Sebagai informasi, AS dan China telah mencapai kesepakatan awal dari perang dagang yang berlarut-larut sejak 2018 dengan salah satu syaratnya adalah pembelian dalam jumlah yang besar untuk produk pertanian AS. Bahkan, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Desember lalu bahwa China telah sepakat untuk menggandakan pembelian.
Selain itu, Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer juga mengatakan bahwa China telah berkomitmen untuk membeli tambahan US$32 miliar produk pertanian AS selama dua tahun, atau kira-kira US$16 miliar setahun lebih banyak dari baseline 2017 sebesar US$24 miliar.
Dia mengatakan, China akan menargetkan US$5 miliar lagi dalam pembelian pertanian setiap tahun di atas level tersebut.
Sebelumnya, Han Jun juga sempat mengatakan bahwa China akan membeli lebih banyak gandum, beras dan jagung dari AS untuk memenuhi permintaan impor pertanian yang lebih tinggi tersebut.
Komentar Han Jun terbaru tersebut menimbulkan spekulasi bahwa China dapat meningkatkan kuota yang dikeluarkan setiap tahun untuk pembeli biji-bijian, menetapkan jumlah gandum, jagung dan beras yang dapat diimpor pada tingkat tarif 1%.
Adapun, kuota impor tahunan China adalah 9,64 juta ton untuk gandum, 7,2 juta ton untuk jagung, dan 5,32 juta ton untuk beras. Hingga saat ini, China belum melakukan pembelian apapun dalam jumlah besar untuk produk AS.
Komentar ini pun juga memberikan kekhawatiran pasar bahwa kesepakatan dagang tahap pertama yang telah dinantikan sejak 2018 akan kembali batal seperti yang telah terjadi sebelumnya.
Kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut direncanakan untuk bertemu kembali dan melakukan penandatanganan kesepakatan dagang tahap pertama pada 15 Januari di Washington.
Jika kesepakatan gagal ditandatangani dan perang dagang AS dan China berlanjut, hal tersebut akan memperparah perlambatan ekonomi global pada tahun ini.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (7/1/2020) hingga pukul 12.46 WIB, harga gandum untuk kontrak Maret 2020 di bursa CBOT bergerak melemah tipis 0,09 menjadi US$549,5 per bushel, sedangkan harga jagung untuk kontrak Maret 2020 di bursa CBOT stabil di level US$384,75 per bushel.