Bisnis.com, JAKARTA – Desakan agar Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengundurkan diri mengemuka di media sosial.
Desakan agar PM Australia mundur terjadi usai terkuaknya fakta bahwa dia tengah berlibur di Hawaii ketika negaranya sedang menghadapi darurat kebakaran hutan dan lahan.
Warga Australia lantas menyampaikan kegelisahan mereka atas kepemimpinan Morrison di tengah krisis tersebut. Di sisi lain, sejumlah lawan politik Morrison pun menyuarakan kritik atas keengganan pemerintah dalam menetapkan kebijakan iklim yang lebih tegas.
Tagar-tagar penolakan seperti #NotMyPrimeMinister (#BukanPerdanaMenteriku), #MorrisonMustGo (#MorrisonHarusHengkang) dan #ScoMoResign (#ScoMoMundur) pun merajai topik populer di jagat Twitter Australia usai sebuah video seorang pemadam kebakaran yang berjabat tangan dengan Morrison viral.
Dalam unggahan tersebut, si pemadam kebaran yang bernama Jacqui menambah keterangan yang berbunyi "bukan perdana menteri saya."
“Jacqui adalah representasi kita semua," kata seorang pengguna Twitter bernama Yabba seperti dikutip Reuters, Selasa (24/12/2019).
"Dia hanya menyatakan apa yang dipikirkan oleh lebih dari 12 juta penduduk negara ini," kata pengguna dengan akun bernama @bugwannostra.
Kebakaran hutan dan lahan di Australia setidaknya telah memberangus area seluas 4 juta hektare di lima negara bagian. Kebakaran tersebut juga menewaskan 9 orang sejak September lalu.
Api yang tak terkendali terpantau masih membakar sejumlah wilayah di Australia Selatan. Kebakaran ini berdampak pada rusaknya daerah penghasil wine terkemuka di Negeri Kanguru dan berimbas di sekitar kota terbesar Australia, Sydney.
Sepanjang Desember kabut asap menyelimuti Sydney dan memicu kemarahan publik. Desakan pada pemerintah untuk berusaha meredam perubahan iklim pun disampaikan. Namun Morrison justru menyatakan bahwa pemerintahannya tidak akan melakukan perubahan kebijakan iklim.
Sebagai salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia, perdebatan mengenai iklim dan kebijakan energi telah mewarnai perpolitikan Australia selama satu dekade.
Australia merupakan salah satu negara penyumbang emisi karbon terbesar di dunia akibat pembakaran batu bara di pembangkit listrik. Negara tersebut telah berkomitmen untuk mengurangi 26 persen tingkat emisi pada 2005 dengan target pada 2030.