Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lalin Nataru, Pengamat : Jalur ke Tempat Wisata Perlu Perhatian Lebih

Mudik Natal dan Tahun Baru (Nataru) memiliki perbedaan mendasar, yakni pengguna sepeda motor yang minim dan arus ke tempat wisata yang lebih ramai.
Sejumlah kendaraan memadati jalur Puncak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (21/12/2019). Memasuki libur Natal dan Tahun Baru 2020 wisatawan mulai memadati jalur Puncak Bogor. Polres Bogor memberlakukan rekayasa lalu lintas sistem buka tutup serta contraflow di Tol Jagorawi untuk mengurai kemacetan./ANTARA FOTO-Yulius Satria Wijaya
Sejumlah kendaraan memadati jalur Puncak, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (21/12/2019). Memasuki libur Natal dan Tahun Baru 2020 wisatawan mulai memadati jalur Puncak Bogor. Polres Bogor memberlakukan rekayasa lalu lintas sistem buka tutup serta contraflow di Tol Jagorawi untuk mengurai kemacetan./ANTARA FOTO-Yulius Satria Wijaya

Bisnis.com, JAKARTA — Mudik Natal dan Tahun Baru (Nataru) memiliki perbedaan mendasar, yakni pengguna sepeda motor yang minim dan arus ke tempat wisata yang lebih ramai.

Hal ini disampaikan Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata Semarang sekaligus Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno.

Menurut Djoko, karakteristik pemudik di momen Nataru kebanyakan pengguna mobil, sehingga jalur tol baik TransJawa maupun Tol TransSumatera perlu perhatian lebih daripada jalan nontol.

"Publik memang lebih banyak memilih bepergian di akhir tahun ini memanfaatkan jalan tol yang sudah terhubung. Jika lancar, dapat memangkas waktu perjalanan hingga 50 persen dari sebelumnya. Walaupun harus mengeluarkan ongkos lebih untuk membayar tarif tol yang lebih nyaman dan menyingkatkan waktu perjalanan," ujarnya, Minggu (22/12/2019).

Sekadar Informasi, pemerintah memberikan para Mudik Nataru 2020 tambahan kapasitas jaringan jalan tol, yakni Tol Layang Jakarta-Cikampek 38 kilometer, Tol Terbangi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung 185 kilometer dan sebagian ruas Tol Balikpapan-Samarinda 64 kilometer.

Fungsional sebagian ruas Tol Manado-Bitung dan fungsional ruas Kayu Agung-Palembang. Ruas Tol Layang Jakarta-Cikampek, Tol Balikpapan-Samarinda dan Tol Terbanggi Besar-Kayu Agung belum dikenakan tarif.

"Oleh sebab itu, masyarakat harus diedukasi tentang tata cara dan etika berlalu lintas di jalan tol. Jalan tol memiliki karakter sangat beda dengan jalan non tol. Regulator dan operator harus secara bersama terus menerus mengedukasi itu pada masyarakat. Hal yang masih kurang dilakukan selama ini," tambahnya.

Menurut Djoko, Ruas Tol Layang Jakarta – Cikampek semula dibatasi kecepatan melajunya 60 kilometer per jam. Belum ada instrumen untuk menindak laju kendaraan tidak sesuai batas yang diijinkan, rasanya sulit membatasi kecepatan tidak lebih dari 80 kilometer per jam.

Apalagi kendaraan yang digunakan mendukung kecepatan tinggi melaju di jalan tol. Kehati-hatian pengguna jalan tol layang menjadi pengendali. Electronic Traffic Law Enforcement atau ETLE belum dapat diterapkan selama masa fungsional ini.

Ruas Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang sepanjang 87 kilometer hanya ada satu rest area atau Tempat Istirahat dan Pelayanan TIP. Dan itu satu-satunya rest area yang representatif di sepanjang Tol Bakauheni-Kayu Agung.

"Sedangkan rest area yang lain masih dalam kondisi darurat namun sudah dapat digunakan untuk beristirahat. Ada jaminan keamanan bagi pengguna Tol Bakauheni-Palembang dapat diberikan. Terutama untuk perjalanan malam hari," jelasnya.

Djoko pun memberikan catatan daerah rawan longsor di musim hujan sudah mulai bermunculan. Beberapa ruas jalan nontol berpotensi terjadi longsoran.

"Bedanya, jalan tol di Jawa sudah hampir semua rest area sudah berfungsi. Kendati masih ada beberapa rest area masih dalam tahap proses pekerjaan dan dapat selesai dibangun untuk menyambut mudik lebaran 2020," jelasnya.

Selain itu, kecelakaan lalu lintas berupa pecah ban, tabrak belakang truk barang di jalan tol belum bisa dihindari dan menurun secara signifikan.

"Demikian pula sopir yang mengantuk sering menjadi penyebab kecelakaan di jalan tol. Faktor kondisi jalan yang nyaman cenderung berkendaraan dengan kecepatan tinggi. Jalan tol bukan sirkuit balapan kendaraan bermotor. Batas kecepatan hendaknya dapat diterapkan di seluruh ruas jalan tol. Jika merasa lelah, sebaiknya tidak meneruskan perjalanan dan beristirahatlah," jelasnya.

Tempat Wisata

Djoko menjelaskan bahwa mudik Nataru tak bisa lepas dari perhalaban liburan akhir tahun ke tempat-tempat wisata.

"Bagi yang berombongan berlibur akhir tahun harus cermat memilih menggunakan kendaraan umum yang berkeselamatan. Kendaraan umum yang digunakan harus memenuhi persyaratan laik jalan dan terdaftar sebagai angkutan pariwisata," ujar Djoko.

Menurut Djoko, pemerintah dapat memberitahu pada publik jika publik ingin tahu kendaraan yang akan digunakan sudah memenuhi persyaratan sebagai angkutan wisata.

"Di tempat wisata dapat dilakukan ramp check terhadap angkutan wisata. Tempat istirahat bagi pengemudi belum seluruh tempat wisata menyediakan," tambahnya.

Selain itu, masih perlu lagi upaya yang lebih gencar untuk penyediaaan tempat istirahat bagi pengemudi angkutan wisata. Hal ini penting supaya pengemudi mendapatkan waktu istirahat yang cukup, sehingga mengemudikan kendaraan bisa nyaman dan dapat dihindari kejadian berakibat fatal kecelakaan lalu lintas.

"Jaminan keselamatan dan keamanan harus diberikan oleh pemerintah. Masyarakat wajib taat pada aturan berperjalanan yang berkeselamatan. Dengan mengikuti aturan yang sudah ada, keselamatan dapat meningkat dan liburan akhir tahun dapat lebih nyaman," jelasnya.

Angkutan Penyeberangan

Dengan terhubungnya Tol Trans Jawa dan sebagian Tol Trans Sumatera untuk ruas Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang menurut Djoko akan memantik penambahan perjalanan kendaraan pribadi.

Tambahan kondisi layanan angkutan penyeberangan Merak-Bakauheni yang semakin bagus baik ketersedian layanan terminal penyeberangan dan kapal penyeberangan yang semakin bagus pun menjadi daya tarik tersendiri bagi pemudik.

"Perjalanan Bakauheni-Palembang biasanya bisa ditempuh 12 jam melalui jalan lintas timur Sumatera, sekarang cukup 3-4 jam sudah dapat sampai di tujuan. Bisnis transportasi akan tumbuh melayani mobilitas masyarakat antara Kota Pelembang-Bandara Lampung," ujar Djoko.

Namun, Djoko mengingatkan kondisi cuaca musim hujan dengan ombak tinggi, perlu menjadi perhatian khusus. Pelayaran menuju pulau-pulau terkecil di Maluku menjadi perjalanan panjang bagi warga setempat yang akan merayakan Natal di kampung halamannya. Penumpang kapal laut jangan memaksa awak kapal untuk tetap berlayar jika cuaca tidak memungkinkan.

"Jangan membawa penumpang yang diangkut kapal jumlahnya melebihi batas yang diijinkan. Diperlukan ketegasan dari badan otoritas pelabuhan untuk mengijinkan kapal berlayar. Keselamatan menjadi pertimbangan utama," tambahnya.

Selain itun beberapa transportasi penyeberangan lain yang perlu perhatian, yakni penyeberangan ke Pulau Nias dari Sibolga di Sumatera Utara, di Sulawesi Utara, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur yang sebagian besar masyarakatnya pulang kampung halaman untuk merayakan Hari Natal. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper