Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inggris Sangat Khawatir Terhadap Peningkatan Kekerasan di Hong Kong

Juru bicara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa pemerintah Inggris sangat khawatir dengan meningkatnya kekerasan di Hong Kong dan mendesak otoritas setempat untuk menyetujui "sebuah cara untuk mengatasi situasi tersebut".
 Seorang pemrotes anti-pemerintah melempar bom molotov di depan Kantor Pusat Regional Wilayah Selatan Baru, setelah polisi menembak seorang demonstran saat protes Hari Nasional China, di Hong Kong, China 2 Oktober 2019./Reuters
Seorang pemrotes anti-pemerintah melempar bom molotov di depan Kantor Pusat Regional Wilayah Selatan Baru, setelah polisi menembak seorang demonstran saat protes Hari Nasional China, di Hong Kong, China 2 Oktober 2019./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Inggris menyampaikan keprihatinannya mengenai situasi Hong Kong yang semakin memanas.

Juru bicara Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan bahwa pemerintah Inggris sangat khawatir dengan meningkatnya kekerasan di Hong Kong dan mendesak otoritas setempat untuk menyetujui "sebuah cara untuk mengatasi situasi tersebut".

“Kami tetap sangat khawatir dengan situasi di Hong Kong dan eskalasi kekerasan antara pengunjuk rasa dan polisi. Kami terus mendesak agar semua pihak tenang dan menahan diri, serta mendukung hak untuk melakukan demonstrasi secara damai, ”kata juru bicara itu, dikutip dari Reuters, Senin (18/11/2019).

"Kami percaya dialog politik adalah satu-satunya jalan ke depan dan kami ingin melihat otoritas Hong Kong menyetujui jalan untuk menyelesaikan situasi tersebut," katanya.

Dia menambahkan bahwa PM Johnson belum berencana untuk melakukan panggilan kepada otoritas setempat.

Kerusuhan di Hong Kong kembali memanas pada Senin (18/11). Polisi Hong Kong mengepung Universitas Politeknik Hong Kong (PolyU) yang diduduki para pengunjuk rasa anti-pemerintah. Mereka menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk memukul mundur para pengunjuk rasa yang bersenjatakan bom molotov dan senjata lainnya.

Beberapa pengunjuk rasa yang mencoba melarikan diri dari kampus tersebut ditangkap.

Polisi mengatakan petugas telah dikerahkan di sekitaran kampus selama sepekan, meminta "perusuh" untuk pergi.

"Semua peringatan kami diabaikan," kata mereka dalam sebuah pernyataan. "Pesan kami keras dan jelas, kekerasan meningkat menjadi kerusuhan."

Sejak akhir pekan lalu, polisi telah menangkap 154 orang, berusia antara 13-54 tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper