Bisnis.com, JAKARTA - Alih-alih mendapat keuntungan, AS dan China justru mendapat kerugian lebih banyak atas perang dagang yang mereka kobarkan.
PBB menyatakan bahwa perang dagang tidak memberikan keuntungan bagi Amerika Serikat dan China, hal itu justru menyebabkan keduanya mengalami kerugian yang lebih parah.
Studi tentang Efek Perdagangan dan Pengalihan Perdagangan dari Tarif Amerika Serikat di China menunjukkan bahwa perang dagang yang sedang berlangsung mengakibatkan penurunan perdagangan bilateral, menaikkan harga bagi konsumen, dan efek pengalihan perdagangan .
"Tarif AS untuk China secara ekonomi merugikan kedua negara," ujar laporan itu, dikutip melalui Bloomberg, Kamis (7/11/2019).
Analisis yang dilakukan Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) mengungkapkan bahwa tarif yang diberlakukan AS terhadap China telah menyebabkan penurunan impor sebesar 25 persen pada semester pertama 2019.
PBB mengatakan bahwa penerapan tarif impor justru memperlihatkan daya saing perusahaan-perusahaan China meskipun ditekan oleh tarif substansial, mereka masih mampu mempertahankan 75 persen dari ekspor ke AS.
Sementara itu impor produk-produk China dari Amerika yang tidak terdampak tarif baru tetap relatif stabil bahkan meningkat pada kuartal kedua tahun ini, kemungkinan besar berkat lonjakan pesanan di muka (front-loading).
Tarif AS terhadap China telah membuat pemain lain menjadi lebih kompetitif di pasar AS dan menyebabkan efek pengalihan perdagangan.
Dari US$35 miliar kerugian ekspor China di pasar AS, sekitar US$21 miliar atau 63 persen dialihkan ke negara lain, sedangkan sisanya sebesar US$14 miliar hilang atau dimanfaaatkan produsen AS.
Pengiriman dari Taiwan ke AS naik hampir US$4,2 miliar, sebagian besar terkait dengan permintaan yang lebih tinggi untuk peralatan kantor dan komunikasi.
Perdagangan dengan negara tetangga, Meksiko, naik US$3,5 miliar didorong oleh permintaan untuk produk makanan, peralatan transportasi, dan mesin listrik.
Di sisi lain, ekspor Uni Eropa naik sebesar US$2,7 miliar, sebagian besar karena permintaan mesin.
Sementara itu ekspor Vietnam naik US$2,6 miliar, terkonsentrasi pada peralatan komunikasi dan furnitur.
Manfaat pengalihan perdagangan ke Korea, Kanada, dan India lebih kecil tetapi masih substansial, berkisar antara US$0,9 miliar hingga US$1,5 miliar.
Sisa manfaatnya sebagian besar menguntungkan negara-negara Asia Tenggara.
"Kategori produk yang paling terpukul oleh penerapan tarif impor AS adalah mesin-mesin kantor, yang impornya anjlok 65 persen," menurut data PBB.
Pengiriman produk pertanian dan makanan, peralatan komunikasi dan instrumen presisi turun lebih dari 30 persen.
Tetapi PBB tidak dapat secara definitif menjawab pertanyaan yang lebih besar bagi politisi di Washington terkait pengaruh tarif impor terhadap harga konsumen AS.
UNCTAD menemukan bukti implisit bahwa biaya tarif telah secara umum diturunkan ke konsumen AS.
Namun, mereka juga menemukan beberapa indikasi bahwa perusahaan China mungkin baru saja mulai bereaksi terhadap tarif dengan mengurangi harga ekspor, sehingga biaya tarif tidak begitu memberatkan.