Bisnis.com, JAKARTA - Aksi protes rakyat Bolivia yang dipicu oleh kemenangan pemilihan Presiden Evo Morales yang kontroversial pada bulan lalu telah memasuki minggu ketiga dan pihak oposisi mulai mengajukan ultimatum untuk meminta sang presiden mundur.
Morales, yang berkuasa pada tahun 2006 dan telah menjadi ikon di negara Amerika Selatan, membela kemenangannya dalam pemiu yang dia sebut berlangsung demokratis.
Dia juga mendukung audit internasional hasil untuk menyelesaikan krisis politik tersebut.
Di tengah kekacauan politik, sebuah helikopter yang membawa Morales terpaksa melakukan pendaratan darurat karena kerusakan mekanis saat lepas landas dari kota Colquiri, selatan La Paz, menurut piha Angkatan Udara. Tidak ada cedera yang dilaporkan dan video insiden itu menyebar di media sosial seperti dikutip Reuters, Selasa (5/11/2019).
Pihak oposisi Bolivia, yang terdiri dari partai pemenang kedua dalam pemilu pimpinan Carlos Mesa dan satu kelompok lembaga swadaya masyarakat terus menggalang seruan untuk menurunan Morales sepenuhnya.
Seorang tokoh sipil yang populer di kalangan masyaraat menetapkan tenggat waktu bagi Morales untuk turun pada Senin malam.
“Hari ini adalah hari yang baik untuk memulihkan demokrasi," ujar Luis Fernando Camacho, kepala kelompok sipil di kota timur Santa Cruz, menulis di Twitter tadi malam.
Dia kemudian menetapkan batas waktu 48 jam pengunduran diri Morales yang berakhir pada pukul 7 malam waktu setempat.
Camacho yang telah mendapatkan dukungan luas dari rakyat di seluruh negeri menjanjikan "langkah-langkah yang akan memberi kebebasan seluruh negara dalam hitungan hari."
Sedangkan Mesa, yang berada di urutan kedua dalam pemilihan pada Pemiliu 20 Oktober, menyebut pencalonan Morales ilegal dan pada hari Minggu mengusulkan pemilihan baru.
Morales memenangkan pemungutan suara dengan hanya unggul 10 persen, yang memberinya kemenangan langsung. Akan tetapi kemenangan itu mencurigakan karena lonjakan suaranya terjadi tiba-tiba selama masa penghitungan suara.