Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Amerika Kritik Dominasi China

Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Robert O Brien mengkritisi dominasi China yang dinilai sebagai sebuah upaya penaklukan di Laut China Selatan.
Kapal perang Amerika Serikat (AS) USS Antietam tampak di Laut China Selatan 8 Maret 2016./Reuters
Kapal perang Amerika Serikat (AS) USS Antietam tampak di Laut China Selatan 8 Maret 2016./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Robert O Brien mengkritisi dominasi China yang dinilai sebagai sebuah upaya penaklukan di Laut China Selatan.

Hal ini dikatakan Brien di sela-sela forum pertemuan KTT Asia Tenggara dan negara mitra seperti yang dilansir Reuters, Senin (4/11/2019).

Dia mengkritik tindakan China tersebut yang dianggap mirip dengan penaklukan. Menurutnya, sengketa perairan yang diklaim oleh China dan beberapa negara Asia Tenggara tersebut harus ditangani secara damai.

“Kami tidak berpikir mereka harus ditangani dengan intimidasi atau melalui milisi maritim atau dengan kapal acak atau dengan pulau-pulau sekitarnya,” kata dia. “Bukan seperti itu lagi cara kerjanya di abad 21 ini. Itu penaklukan.”

China dinilai terlalu dominan di perairan Laut China Selatan yang juga banyak masuk sebagai wilayah sejumlah negara Asean seperti Vietnam, Malaysia, Filipina serta Indonesia.

Sebelumnya, pada Minggu (3/11), Perdana Menteri China Li Keqiang menyatakan China siap bekerjasama dengan negara-negara Asean untuk menjaga perdamaian dan stabilitas jangka panjang di Laut China Selatan.

“Kami bersedia bekerjasama dengan Asean di bawah konsensus yang telah dicapai, untuk mempertahankan perdamaian, dan stabilitas jangka panjang di Laut China Selatan, sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan selama tiga tahun,” kata Li Keqiang dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu terkait perang dagang AS – China, O’Brien mengatakan Washington akan mencari “hubungan yang luar biasa” dengan China. Dia menuturkan, kedua belah pihak hampir mencapai satu perjanjian “fase satu” untuk mulai menghentikan perang dagang yang telah berjalan 16 bulan antara kedua negara dengan ekonomi terbesar tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper