Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesepakatan RCEP Terganjal Kepentingan India

Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau RCEP yang diusulkan sejak 2012 mungkin tidak akan memberikan hasil negosiasi yang konkret pada pengumuman Senin (4/11/2019).
Ilustrasi/asean.org
Ilustrasi/asean.org

Bisnis.com, JAKARTA -- Kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional atau RCEP yang diusulkan sejak 2012 mungkin tidak akan memberikan hasil negosiasi yang konkret pada pengumuman Senin (4/11/2019).

Ke-16 negara yang menegosiasikan perjanjian perdagangan besar itu diperkirakan akan mengeluarkan pernyataan bersama tanpa menyimpulkan kesepakatan dalam KTT Asean yang sedang diadakan di Bangkok, Thailand.

"Asean dan dunia sedang dihadapkan dengan tantangan dan ketidakpastian yang meningkat mulai dari perselisihan perdagangan hingga kejahatan internasional, dan kemitraan kuat menjadi penting untuk kawasan ini," kata Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-Ocha saat membuka KTT Asean Ke-35, dikutip melalui Bloomberg, Minggu (3/11/2019).

Para menteri akan mendorong agar isu utama RCEP selesai dalam tahun ini, yang akan membantu meningkatkan perdagangan dan investasi dan membangun kekebalan untuk kawasan Asean, ungkap Prayuth.

Penundaan finalisasi usulan perjanjian perdagangan bebas (FTA) ini terindikasi terhambat oleh desakan India yang menuntut sejumlah revisi di dalam kesepakatan dagang untuk melindungi industri dalam negerinya.

Pemerintah India khawatir perjanjian dagang bebas dapat merugikan industri India yang sedang melemah, khususnya komunitas perdagangan dan pertanian di negeri tersebut.

Dalam pidato sambutannya di Bangkok, Perdana Menteri India Narendra Modi tidak menyinggung soal RCEP.  Sebaliknya dia fokus pada kemajuan India dalam bidang teknologi, infrastruktur dan layanan kesehatan sambil memerangi kemiskinan dan korupsi.

Sementara itu, pada Sabtu (2/10), Menteri Perdagangan Filipina Ramon Lopez mengatakan negosiasi mengenai kesepakatan perdagangan yang melibatkan 16 negara di Asia tidak akan selesai hingga Februari, memudarkan harapan bahwa sebuah perjanjian akan diumumkan pada Senin.

"Para pemimpin negara lebih dulu akan menerima laporan dari menteri masing-masing. Kemudian negosiator akan mendapatkan mandat lebih lanjut untuk melakukan finalisasi dan mengesahkan perjanjian ini tahun depan," kata Lopez.

Lopez mengatakan ada satu negara, yang dia tidak diidentifikasi, ingin melakukan konfirmasi sebelum mereka benar-benar setuju dengan RCEP.

Perjanjian, yang didukung oleh China ini, akan mengurangi tarif untuk sepertiga dari ekonomi global, sebuah kemenangan besar untuk perdagangan bebas, setelah Presiden Donald Trump menarik AS keluar dari Kemitraan Trans-Pasifik dan menerapkan sejumlah langkah proteksionistis.

Meskipun Lopez tidak secara eksplisit menyebutkan nama negara, beberapa waktu lalu India diketahui memberikan sebuah perubahan pada menit terakhir setelah sebelumnya setuju untuk membuat kesepakatan.

Dalam sebuah wawancara dengan Bangkok Post, PM Modi mengatakan bahwa mereka ingin melihat mitra dagang berkomitmen terhadap akses industri jasa yang lebih besar dalam kesepakatan perdagangan regional.

“Perlu diakui bahwa membuka pasar India yang luas harus diimbangi dengan pembukaan di beberapa area di mana bisnis kita juga dapat memperoleh manfaat,” kata Modi.

Lopez menyebut RCEP sebagai “titik terang” di tengah perang dagang AS-China yang berkepanjangan dan mengguncang pasar global. 

Trump tidak akan menghadiri KTT Asean untuk tahun kedua berturut-turut, dan mengirim delegasi tingkat terendah AS sejak pendahulunya Barack Obama meningkatkan keterlibatan regional pada 2011.

Negara-negara RCEP termasuk 10 negara anggota Asean serta China, Jepang, India, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru. 

Menurut Lopez, "satu negara" yang tidak disebutnya, kini sedang bekerja keras untuk mempertimbangkan isu-isu yang tersisa, termasuk yang berkaitan dengan akses pasar.

Ada beberapa detail final yang harus diperiksa. Mulai sekarang hingga Februari, negosiasi akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang tersisa tertutama tentang akses pasar, tambahnya.

TUNTUTAN INDIA

India, yang menaikkan beberapa tarif di bawah pemerintahan PM Modi, telah lama menjadi penentang utama kesepakatan RCEP karena oposisi domestik yang kuat atas kekhawatiran negara itu akan dibanjiri barang-barang murah China.

Menurut seorang pejabat pemerintah, PM Modi telah sepakat untuk melanjutkan negosiasi setelah menerima kunjungan Presiden Xi Jinping beberapa waktu lalu. China telah lama menginginkan percepatan finalisasi kesepakatan RCEP.

India menawarkan pemangkasan bea untuk lebih dari 90 persen barang untuk sebagian besar negara di RCEP, tidak termasuk China, diikuti dengan penghapusan beberapa bea dalam jangka waktu 10 tahun, 15 tahun dan 20 tahun.

Pemerintah India berencana menjual kesepakatan itu sebagai kemenangan politik karena dampak tarif tidak akan terasa selama satu dekade ke depan, kata pejabat India lainnya. 

Namun mereka masih khawatir bahwa manufaktur lokal akan kesulitan ketika tarif akhirnya turun dan petani India, yang memiliki skala lebih kecil dan berteknologi rendah, akan berjuang keras untuk bersaing.

Ashwani Mahajan, wakil ketua Swadeshi Jagran Manch, sebuah kelompok yang bersekutu dengan partai Modi, mengatakan bahwa bergabung dengan RCEP bukanlah langkah ideal bagi strategi politik dan geopolitik India.

“RCEP tidak lebih dari perjanjian perdagangan bebas dengan China, yang akan menjadi bencana bagi bisnis India. Kami telah berbicara dengan menteri perdagangan dan menjelaskan bahwa India harus menghindari kesepakatan ini," tukasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper