Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Thailand Negosiasikan Suspensi Bebas Bea Cukai dengan AS

“Kami akan bernegosiasi di semua forum dan menggunakan semua cara untuk berkomunikasi dan menciptakan pemahaman [dengan AS],” kata Keerati Rushchano, pejabat Direktur Jenderal Departemen Perdagangan Luar Negeri dalam konferensi pers, dikutip Reuters.
Wisata Sungai Chao Phraya di Bangkok, Thailand./bangkok.tgcondo.com
Wisata Sungai Chao Phraya di Bangkok, Thailand./bangkok.tgcondo.com

Bisnis.com, JAKARTA – Thailand berencana melakukan negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) terkait dengan suspensi bebas bea cukai atas impor produk Thailand. Hal tersebut diungkapkan oleh perwakilan Kementerian Perdagangan Thailand, Senin (28/10/2019).

“Kami akan bernegosiasi di semua forum dan menggunakan semua cara untuk berkomunikasi dan menciptakan pemahaman [dengan AS],” kata Keerati Rushchano, pejabat Direktur Jenderal Departemen Perdagangan Luar Negeri dalam konferensi pers, dikutip Reuters.

Jumat lalu (25/10), AS melakukan suspensi terhadap sistem bebas bea cukai produk impor Thailand senilai 1,3 miliar dolar AS, termasuk produk makanan laut. Tindakan tersebut diambil AS dengan alasan Thailand tidak memenuhi hak pekerja yang diakui secara internasional.

Terkait dengan hal tersebut, pemerintah mengatakan bahwa mereka siap untuk menegosiasikan masalah serikat pekerja bagi pekerja migran.

Hilangnya sistem bebas bea cukai akan menyebabkan produk Thailand dikenakan bea antara 1,5 miiliar – 1,8 miliar baht (US$59,6 juta) per tahun, seperti dikatakan Menteri Perdagangan Thailand pada Minggu (27/10).

CP Foods Pcl, sebuah perusahaan makanan raksasa yang berbasis di Bangkok, mengatakan hanya ada satu produknya yang akan terpengaruh langkah AS tersebut, yakni mi pangsit udang. Sementara itu, Thai Union Group Pcl, produsen tuna kalengan terbesar di dunia, menyebut keputusan itu tidak akan berdampak material pada bisnisnya.

Keerati menjelaskan, saat ini pemerintah Thailand tengah gencar mendukung ekspor negara gajah putih tersebut sebagai upaya diversifikasi pasar.

“Akan ada perjalanan bisnis untuk mengeksplorasi pasar baru di Timur Tengah, Eropa Timur, Afrika, dan kota-kota sekunder di China dan India yang belum begitu akrab dengan produk Thailand,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper