Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korut Wanti-wanti AS untuk Tak Acuhkan Hubungan Kedua Negara

Kepala Komite Perdamaian Korea-Asia Pasifik Kim Yong Chol menyatakan ada musuh yang abadi, tapi tak ada teman yang abadi.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melakukan pertemuan bilateral, di Hotel Metropole, Hanoi, Vietnam, Kamis (28/2/2019)./REUTERS-Leah Millis
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kiri) dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melakukan pertemuan bilateral, di Hotel Metropole, Hanoi, Vietnam, Kamis (28/2/2019)./REUTERS-Leah Millis

Bisnis.com, JAKARTA -- Korea Utara memperingatkan tidak adanya perkembangan atas hubungan dengan AS bisa berujung pada berlanjutnya konflik senjata.
 
Dalam pernyataan atas nama Kepala Komite Perdamaian Korea-Asia Pasifik Kim Yong Chol, kantor berita KCNA menyatakan pada Minggu (27/10/2019), adalah sebuah kesalahan bagi AS untuk mengenyampingkan batas waktu hubungan Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un pada akhir tahun ini.
 
Sebelumnya, Kim telah menetapkan batas waktu pembicaraan denuklirisasi dengan Washington pada akhir 2019.
 
Reuters melansir Minggu (27/10), Kim Yong Chol adalah perwakilan Korut dalam negosiasi nuklir dengan AS sebelum digelarnya pertemuan kedua antara Trump dengan Kim pada awal tahun ini.
 
Kim Yong Chol mengatakan AS telah menekan Korut dengan cara yang licik. Washington disebut tidak mengacuhkan permintaan Korut agar AS mengadopsi pendekatan baru.
 
Dia menambahkan AS terus mendesak negara-negara lain untuk menjatuhkan sanksi PBB atas Korut.
 
Kim Yong Chol juga menegaskan bahwa AS harus ingat bahwa ada musuh yang abadi, tapi tidak ada teman yang abadi.
 
Pernyataan ini disampaikan hanya beberapa hari setelah Korut meminta Korea Selatan (Korsel) untuk mendiskusikan keluarnya Korsel dari resor milik Korut di Gunung Kumgang. 
 
Pembicaraan denuklirisasi Korut, yang awalnya menunjukkan harapan, kembali menjadi suram setelah pertemuan antara Trump dengan Kim di Vietnam pada awal 2019, gagal mencapai kesepakatan apapun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper