Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mulai Putus Asa, Pendemo Hong Kong Meminta Belas Kasihan AS

Puluhan ribu aktivis muda prodemokrasi Hong Kong pada protes hari ini, Senin (14/10/2019), mulai memohon bantuan dari Amerika Serikat.
Para pengunjuk rasa melindungi diri mereka dengan helm dan topeng selama demonstrasi untuk menuntut para pemimpin Hong Kong mundur dan menarik RUU ekstradisi, di Hong Kong, China 21 Juni 2019./Reuters
Para pengunjuk rasa melindungi diri mereka dengan helm dan topeng selama demonstrasi untuk menuntut para pemimpin Hong Kong mundur dan menarik RUU ekstradisi, di Hong Kong, China 21 Juni 2019./Reuters

Bisnis.com, BANDUNG — Puluhan ribu aktivis muda prodemokrasi Hong Kong pada protes hari ini, Senin (14/10/2019), mulai memohon bantuan dari Amerika Serikat.

Aktivis tersebut meneriakkan slogan 'Berjuang untuk Kebebasan, Berjuang untuk Hong Kong' ketika mereka berkumpul secara damai di dekat kantor pemerintah pusat di distrik Admiralty. Aksi damai ini dilakukan setelah tindakan anarkis para pengunjuk rasa anti China yang terjadi pada akhir minggu lalu.

Dalam kerusuhan yang mencekam ini, sebuah bom kecil meledak dan seorang polisi ditikam pada Minggu malam (13/10/2019). Kerusuhan ini dimulai ketika pemerintah Hong Kong mengeluarkan aturan darurat terkait dengan larangan pemakaian topeng pada aksi demo. Siapapun yang memakai akan mendapatkan hukuman penjara satu tahun.

Kebijakan ini memicu kerusuhan terparah di Hong Kong sejak demonstrasi dimulai empat bulan lalu.

Pada hari ini, Senin (14/10/2019), Hong Kong meminta AS untuk menyetujui undang-undang tentang hak asasi manusia bagi bekas koloni China tersebut.

Para pendemo membawa poster dengan tulisan 'Make Hong Kong Great Again' dan bendera AS.

"Semua masyarat Hong Kong merasa putus asa dan pemerintah tidak mendengar suara kami, jadi kami butuh AS untuk menolong kami," kata Edward Fong.

Para pendemo merasa marah atas apa yang dilakukan China terhadap kota tersebut yang sebenarnya dijanjikan kebebasan selama 50 tahun di bawah formula 'satu negara, dua sistem'. China menolaknya tuduhan tersebut dan menuduh negara barat, seperti AS dan Inggris, memperkeruh suasana.

"Siapapun yang berupaya memecah belah China di segi manapun akan berakhir dengan tubuh dan tulang yang hancur," kata Xi dalam sebuah pertemuan dengan pemimpin di Nepal, Minggu (14/10/2019).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper