Bisnis.com, JAKARTA - Sastrawan Eka Kurniawan, penulis buku 'Cantik Itu Luka' menyatakan menolak penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019 yang akan diberikan pemerintah kepadanya. Melalui akun Facebook, Eka Kurniawan menjelaskan alasan penolakannya itu.
Eka menuliskan sikapnya dengan judul Apakah Negara Sungguh-Sungguh Memiliki Komitmen dalam Memberi Apresiasi Kepada Kerja-Kerja Kebudayaan? pada Rabu (9/10/2019).
Dia juga menceritakan kronologi ketika dia dihubungi oleh staf Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada Agustus 2019.
Saat itu, staf tersebut memberitahu kalau dia adalah calon penerima Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019 untuk kategori Pencipta, Pelopor dan Pembaru. Penghargaan ini akan diberikan secara simbolik pada nanti malam, Kamis 10 Oktober 2019.
"Pertanyaan saya adalah, Pemerintah bakal kasih apa?" tulis Eka Kurniawan. Staf tersebut menjelaskan Eka akan menerima, antara lain, pin dan uang Rp50 juta, dipotong pajak. Mendengar itu, Eka menyatakan, "kok, jauh banget dengan atlet yang memperoleh medali emas di Asian Games 2018 kemarin? Sebagai informasi, peraih emas memperoleh Rp 1,5 miliar. Peraih perunggu memperoleh Rp 250 juta."
Eka Kurniawan sadar pernyataannya dia terdengar iseng. "Terpikir juga oleh saya untuk, ya sudah, ambil saja uangnya. Setelah itu kembali beraktivitas seperti biasa," tulis dia. Namun ada hal-hal mendasar yang membuat Eka resah. "Saya mempertanyakan komitmen Negara atas kerja-kerja kebudayaan," tulis dia.
Eka kemudian menyimpulkan, Negara tak mempunyai komitmen yang meyakinkan atas kerja-kerja kebudayaan. "Saya memutuskan tidak datang pada tanggal 10 Oktober 2019 bahwa saya menolak Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019," tulis dia.
Dalam unggahan tersebut, Eka juga membeberkan berbagai kondisi yang terjadi kepada sastrawan, jaminan kebebasan berkarya, sampai pemberangusan buku-buku yang dianggap berbahaya oleh pemerintah.
"Apa kabar penyair kami, Wiji Thukul? Presiden yang sekarang telah menjanjikan untuk menyelesaikan kasus-kasus HAM masa lalu, termasuk penghilangan salah satu penyair penting negeri ini. Realisasi? Nol besar," tulis Eka Kurniawan.
Tempo telah berusaha mengontak langsung Eka Kurniawan mengenai sikapnya menolak Anugerah Kebudayaan dan Maestro Seni Tradisi 2019 ini, namun belum berbalas. Begitu pula upaya konfirmasi ke dewan juri anugerah kebudayaan ini belum mendapat respons.