Bisnis.com, JAKARTA -- HSBC Holdings Plc. dikabarkan akan mengurangi sebanyak 10.000 pekerja sebagai bagian dari rencana penghematan.
Laporan yang dilansir melalui Financial Times mengindikasikan bahwa inisiasi ini akan menargetkan bisnis bank multinasional tersebut di Eropa.
Mengutip dua sumber, rencana ini akan menyebabkan pengurangan substansial terhadap jumlah tenaga kerja HSBC yang saat ini mencapai 238.000 pekerja.
"Bank mempertanyakan mengapa mereka mempekerjakan begitu banyak orang di kawasan itu [Eropa] padahal bisnisnya di beberapa bagian Asia memberikan pengembalian dua digit," ujar salah satu sumber, seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (7/10/2019).
Rencana pengurangan pekerjaan, disamping redundansi sebanyak 4.700 yang disampaikan sebelumnya, kemungkinan akan diumumkan HSBC pada laporan kuartal ketiga pada akhir bulan ini.
Putaran pengurangan pekerja sebelumnya diumumkan pada Agustus, ketika CEO John Flint tiba-tiba mengajukan pengunduran diri setelah memimpin bank investasi tersebut selama 18 bulan.
Selama masa jabatannya yang singkat, Flint dihadapkan pada penurunan harga saham serta kegagalan menjaga beban operasional pada target.
Pada April, Flint memulai tinjauan biaya yang diproyeksi akan menyebabkan pemutusan hubungan kerja, termasuk ratusan posisi di perbankan investasi.
CEO sementara, Noel Quinn, mulai mengerjakan rencana baru beberapa hari setelah dia ditunjuk. Laporan Financial Times melaporkan bahwa Quinn telah diinformasikan bahwa dia adalah kandidat internal yang mungkin mengisi peran permanen.
Selain HSBC, bank Eropa lainnya termasuk Deutsche Bank AG, Societe Generale SA, dan Barclays Plc. memangkas ribuan pekerja karena suku bunga rendah dan ekonomi yang melambat membebani prospek mereka.
"Bisnis HSBC telah lama berporos di Asia, di mana perusahaan berhasil mengumpulkan 80% dari laba sebelum pajak pada paruh pertama tahun ini," seperti dikutip melalui Bloomberg.
CFO Ewen Stevenson mengatakan pada Agustus, bahwa keuntungan bank di Eropa sangat mengecewakan. Sementara itu di Amerika, HSBC memproyeksikan target keuntungan untuk tahun depan tidak akan tercapai.
Dibentuk sebagai Hongkong dan Shanghai Banking Corp pada 1865, HSBC telah mengalihkan sumber daya ke Asia, khususnya China, sebagai bagian dari strategi yang diprakarsai oleh mantan CEO Stuart Gulliver dan diperkuat di bawah kepemimpinan Flint.
Bank terus melakukan ekspansi di kawasan Asia, bahkan dengan perang dagang antara AS-China dan aksi protes di Hong Kong yang tidak kunjung usai.
Bulan lalu HSBC mengumumkan bahwa mereka berencana untuk merekrut lebih dari 600 pekerja untuk bisnis manajemen kekayaan di Asia sampai dengan akhir 2022, di mana lebih dari setengahnya akan dipenuhi sepanjang tahun ini.