Bisnis.com, JAKARTA - Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara mengirimkan proyektil peluru yang menembus tubuh Randi dan seorang ibu hamil ke Belanda dan Australia untuk diteliti kepemilikannya.
Randi dan seorang ibu hamil yang berada di dekat lokasi unjuk rasa, tepatnya di depan Kantor DPRD Sulawesi Tenggara menjadi korban peluru nyasar yang diduga milik anggota Brimob Polda Sulawesi Tenggara saat mengamankan aksi unjuk rasa.
Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Pol Asep Adi Saputra meyakini jika proyektil peluru itu dikirim ke Belanda dan Australia untuk diteliti, maka Polri dapat memberikan kepastian dan profesionalisme kepada masyarakat, terutama keluarga korban peluru tersebut.
"Jadi hal ini dilakukan agar Polri dapat profesional, netral dan memberi kepastian, maka proyektil akan diuji secara laboratoris ke Belanda dan Australia," tuturnya, Senin (7/10/2019).
Dia juga menjelaskan ada tiga proyektil peluru yang ditemukan di sekitar korban dan akan dikirimkan ke luar negeri untuk diteliti asal muasal peluru itu. Asep memastikan pihaknya akan mengumumkan hasil penelitian proyektil peluru tersebut, jika sudah dikirimkan dari Belanda dan Australia.
"Proyektil yang diteliti adalah proyektil yang kami temukan di sekitar korban," katanya.
Sebelumnya, Randi (21), mahasiswa Universitas Halu Oleo Kendari, Sulawesi Tenggara ditemukan tewas saat melakukan aksi unjuk rasa di depan Kantor DPRD Sulawesi Tenggara. Tidak jauh dari lokasi tewasnya Randi, ditemukan seorang ibu hamil yang juga terkena peluru pada bagian kaki.
Randi tewas ditempat. Sementara ibu hamil yang terkena tembak pada bagian kaki, dilarikan ke Rumah Sakit terdekat dan nyawanya masih bisa tertolong.