Bisnis.com, JAKARTA – Jepang dan Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah menyelesaikan pembicaraan mengenai kesepakatan perdagangan pada Senin (23/9/2019) waktu setempat.
Namun, pembicaraan ini berakhir tanpa indikasi bagaimana kedua belah pihak merespons ancaman Presiden Donald Trump untuk mengenakan tarif pada impor mobil dan suku cadang senilai US$50 miliar dari Jepang ke AS setiap tahun.
Kepada awak media di New York pada Senin (23/9), Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi mengatakan akan menjelaskan lebih lanjut tentang tarif tersebut setelah pertemuan Trump dan Perdana Jepang Menteri Shinzo Abe di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pekan ini.
Menurutnya, isu tarif mobil tersebut tidak akan mencetuskan kekhawatiran.
“Saya percaya akan ada kesempatan formal yang baik nanti. Kami sedang mengerjakan tugas besar. Tidak ada penundaan atas tujuan menandatangani kesepakatan pada akhir September,” ujar Motegi, dilansir dari Bloomberg, Selasa (24/9/2019).
Komentarnya itu disampaikan setelah melalukan pembicaraan perdagangan dengan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer. Penyelesaian ancaman tarif, yang digunakan pemerintah Trump sebagai pegangan untuk membawa Jepang ke meja perundingan, menjadi poin utama dalam negosiasi antara kedua negara.
Pekan lalu, Trump mengatakan pemerintahannya hampir mencapai perjanjian perdagangan awal dengan Jepang, mencakup tarif dan perdagangan digital.
Di sisi lain, Abe telah menyatakan bahwa Trump tidak akan memberlakukan tarif baru pada mobil Jepang, salah satu pilar ekonomi Negeri Sakura.
Penarikan ancaman tarif pada mobil Jepang akan memberi kelegaan untuk ekonomi Jepang, ketika ekspornya secara keseluruhan terus merosot di tengah ketegangan perdagangan AS-China.
Di sisi lain, tarif yang lebih rendah untuk daging sapi dan produk lainnya dari AS akan menjadi garis hidup bagi para petani di tengah perang dagang Trump dengan China. Pada akhirnya ini kemungkinan akan membantu meningkatkan dukungan untuk Trump menjelang kampanye pilpres AS 2020.