Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan PDB Selandia Baru Melambat ke Level Terendah dalam Lima Tahun

Ekonomi Selandia Baru tumbuh dengan laju paling lambat dalam lebih dari lima tahun terakhir pada kuartal II/2019, memberikan ruang bagi bank sentral untuk memangkas suku bunga lebih lanjut.
Danau Wakatipu di Queensland, Selandia Baru/Arif Budisusilo-Bisnis
Danau Wakatipu di Queensland, Selandia Baru/Arif Budisusilo-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Selandia Baru tumbuh dengan laju paling lambat dalam lebih dari lima tahun terakhir pada kuartal II/2019, memberikan ruang bagi bank sentral untuk memangkas suku bunga lebih lanjut.

Badan Statistik Selandia Baru mencatat produk domestik bruto (PDB) naik 2,1 persen pada kuartal II/2019 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, laju pertumbuhan tahunan terendah sejak kuartal IV/2019.

Dibandingkan kuartal sebelumnya, PDB naik 0,5 persen, lebih tinggi dari perkirakaan sebesar 0,4 persen.

Perlambatan pertumbuhan ini menjustifikasi keputusan Bank Sentral pada Agustus yang memangkas suku bunga ke rekor terendah 1 persen karena perlambatan global dan kepercayaan bisnis yang lemah memengaruhi inflasi dan penciptaan lapangan kerja.

Meskipun bank sentral memperkirakan suku bunga yang rendah dan peningkatan pengeluaran pemerintah akan merangsang permintaan, sebagian besar ekonom memperkirakan satu penurunan suku bunga lagi sebelum akhir 2019.

"Kepercayaan bisnis yang lemah, tanda-tanda bahwa konsumen menahan pengeluaran, dan prospek perlambatan ekonomi global menunjukkan bahwa ekonomi akan berjuang untuk mendapatkan kembali momentumnya," ungkap Mark Smith, ekonom senior di ASB Bank di Auckland, seperti dikutip Bloomberg.

"Kami mengharapkan setidaknya satu pemotongan suku bunga resmi lebih lanjut pada bulan November dengan risiko suku bunga resmi bergerak lebih rendah selama tahun 2020," lanjutnya.

Probabilitas penurunan suku bunga di bulan November mencapai 80 persen, sedangkan kemungkinan penurunan suku bunga bulan ini hanya mencapai 16 persen, menurut data swap yang dikumpulkan Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper