Bisnis.com, JAKARTA -- Beberapa merek mewah top Eropa menjadi target baru dalam salvo tarif impor Presiden AS Donald Trump, yang dapat memengaruhi ekspor wiski, anggur, Sampanye, tas tangan, dan setelan jas pria Amerika senilai miliaran dolar.
Sebuah panel yang terdiri dari tiga penengah Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), mengatakan bahwa AS dapat secara legal memberlakukan tarif terhadap serangkaian ekspor Eropa sebagai balasan atas bantuan ilegal Eropa kepada Airbus SE.
Dilansir melalui Bloomberg, sumber-sumber dari Uni Eropa mengatakan mereka memperkirakan para penengah WTO akan mengedarkan sebuah laporan pada akhir bulan ini, yang akan memungkinkan pemberlakuan tarif baru AS senilai US$5 miliar hingga US$7 miliar per tahun.
"AS telah mengidentifikasi target barang impor, dengan tarif yang berpotensi setinggi 100%, dari daftar barang dengan total nilai ekspor US$25 miliar per tahun," seperti dikutip melalui Bloomberg, Senin (16/9/2019).
Meskipun barang paling berharga dalam daftar AS adalah ekspor pesawat dan suku cadang asal Eropa, tarif baru juga dapat menekan eksportir produk yang dibuat oleh merek kelas atas yang paling diakui di Eropa.
Tarif baru AS yang menyasar minuman beralkohol dan produk berbahan dasar kulit membuat merek kelas atas, seperti LVMH Moet Hennessy - Louis Vuitton SE menjadi sangat rentan terhadap risiko pungutan AS.
Baca Juga
Produk utama LVMH yang akan terancam tarif antara lain anggur dan minuman keras seperti Dom Perignon, Moet & Chandon dan Hennessy, serta barang-barang berbahan dasar kulit dengan label seperti Donna Karan, Givenchy , Kenzo, dan Louis Vuitton.
Pasar barang mewah di AS adalah salah satu tujuan utama bagi perusahaan-perusahaan Eropa seperti LVMH, di mana AS berkontribusi terhadap hampir seperempat dari total penjualan globalnya tahun lalu.
Menurut data Bloomberg, konsumen Amerika membeli produk LVMH senilai US$12,4 miliar sepanjang tahun lalu.
Chief Financial Officer LVMH Jean-Jacques Guiony mengatakan bahwa mereknya sensitif terhadap tarif dan hambatan perdagangan.
"Tarif baru akan meningkatkan biaya yang akan dibebani ke konsumen," kata Luca Marotta, CFO Remy Cointreau SA yang berbasis di Paris, produsen Remy Martin cognac, Cointreau, Passoa dan rum Mount Gay.
"Jika kenaikan tarif akan terjadi, saya katakan sekali lagi, kami akan menaikkan harga pada saat yang sama," jelasnya, beberapa bulan lalu.
Kebijakan tarif Trump terhadap Uni Eropa adalah sebuah langkah unik bagi pemerintahannya, tidak seperti perang dagang yang dimulainya dengan China, tarif akan diberlakukan oleh AS setelah disahkan oleh WTO.
Pemerintahan Trump sedang mengevaluasi apakah akan memberikan sanksi tarif untuk produk anggur Prancis dan barang-barang lainnya sebagai tanggapan atas pajak terhadap perusahaan digital seperti Amazon.com Inc., Facebook Inc., dan Google Alphabet Inc.
Dampak dari tarif Trump juga akan memiliki efek tambahan bagi produsen wiski Scotch, yang sudah bersiap-siap untuk menyambut penurunan akibat Brexit yang berpotensi berakhir berantakan.
Menurut data yang disediakan oleh International Trade Center yang berbasis di Jenewa, Uni Eropa mengekspor wiski Irlandia dan Scotch senilai US$2,1 miliar ke AS pada 2018.
Sejumlah eksportir AS menentang tarif yang diusulkan pemerintahan Trump, yang menurut mereka dapat menjadi bumerang dan membahayakan ribuan pekerjaan Amerika.