Bisnis.com, JAKARTA - Konflik yang terjadi di Papua terjadi karena kabar bohong yang menyebar ke masyarakat. Informasi tidak benar itu terus terjadi.
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian mengatakan bahwa warga Papua diimbau agar jangan mudah terpengaruh berita bohong atau hoaks.
“Karena di era sekarang ini media informasi ini kalah, kita tidak cermat dengan baik, dan itu bisa menimbulkan hal yang tidak baik. Jadi sebenarnya kita seyogyanya cerna [informasi yang diterima],” katanya di Gedung Menko Polhukam, Jakarta, Jumat (30/8/2019).
Hinsa yakin warga Papua cinta damai. Segala informasi yang menyebar di media sosial digarapnya bisa dipilah.
“Di dunia cyber arah bisa dari mana saja, bisa perorangan bisa kelompok. Imbauan saya jangan mudah percaya,” jelasnya.
Konflik Papua pecah karena viralnya pengusiran mahasiswa yang belajar di Surabaya dan Malang karena diduga menurunkan bendera merah putih.
Lalu, Rabu (28/8/2019) warga menggelar aksi yang menuntut agar Bupati Deiyai, Papua meneken isi referendum. Demonstrasi berakhir ricuh. Setidaknya seorang warga dan aparat meninggal dunia.
Polri mengungkapkan bahwa Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) menunggangi aksi tersebut. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol. Dedi Prasetyo mengatakan bahwa saat Polri dan warga melakukan negosiasi, muncul ribuan orang yang diduga KKB.
Mereka datang dari segala arah dan mendadak menyerang anggota TNI dan Polri yang menjaga demonstrasi itu.
“Jadi saat proses negosiasi itu berlangsung, lalu muncul sekitar ribuan orang dari berbagai macam penjuru membawa senjata tajam berupa parang dan panah, kemudian langsung menyerang TNI-Polri yang berjaga,” katanya, Rabu (28/8/2019).