Bisnis.com, BANDUNG--Ketergantungan Apple Inc. pada basis produksi iPhone di China semakin menjadi borok bagi kinerja produsen gadget asal AS tersebut.
Perusahaan mengalami rugi US$44 miliar di pasar saham pada Jumat (24/08/2019), setelah kembali memanasnya perang dagang pascapengumuman tarif dagang baru dari AS dan China.
Kini produsen gadget tersebut harus memikirkan cara untuk merelokasi basis produksinya dari China. Seperti diketahui, sebagian besar produksi iPhone dunia dibuat di China saat ini.
Pada akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump memerintahkan perusahaan-perusahaan Amerika untuk segera mencari alternatif lokasi manufaktur di luar China.
Analis Wedbush Securities Inc David Ives menuturkan relokasi basis produksi adalah sesuatu yang Apple sama sekali belum siap,
"Dalam skenario kasus terbaik, Apple akan dapat memindahkan 5% -7% dari produksi iPhone keluar dari China selama 18 bulan," ungkap Ives, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (26/08/2019).
Untuk memindahkan sebanyak 20% produksinya, maka perusahaan akan membutuhkan waktu tiga tahun. Namun, angka ini lebih kecil dari produksi iPhone untuk pasar domestik AS yang mencapai 25%. Oleh karena itu, tarif barang-barang impor dari China akan berdampak langsung pada keuangan Apple.
Sementara itu, mitra perakitan utama Apple, Foxconn, telah mengklaim bahwa pihaknya memiliki kapasitas untuk membangun semua iPhone di luar China.
Namun, penerapannya akan membutuhkan banyak waktu dan uang. Sejumlah pihak menilai hampir tidak mungkin untuk merelokasi pembuatan perangkat iPhone secara grosir karena sulit mendapatkan tenaga kerja terampil di tempat lain.
Hal ini sudah dibuka oleh CEO Apple Tim Cook di depan publik. Tantangan mereplikasi jalur produksi yang kompleks dan membangun infrastruktur yang diperlukan juga merupakan hambatan utama.
Sementara itu, Apple telah meminta setidaknya beberapa pemasok untuk mengajukan proposal terkait dengan basis produksi di luar China. Sayangnya, tidak ada tanda Apple akan mempersiapkan migrasi skala besar dalam waktu dekat.
Salah satu pemasok mengajukan proposal lokasi di luar China, tetapi Apple menolak hal tersebut. Alhasil, pemasok tersebut justru melakukan perluasan produksi di China.
Upaya salah satu pemasok Apple, GoerTek, untuk mengalihkan sebagian produksi AirPods ke Vietnam dilakukan atas kemauan perusahaan sendiri. Namun, tidak ada satupun basis produksi untuk produk iPhone yang keluar dari China.
Apple sebenarnya memiliki basis produksi kecil di India, tetapi produksinya hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal negara tersebut. Kemampuan CEO Apple Tim Cook untuk melobi pemerintah AS terkait dengan keringanan tarif akan ditempa dalam beberapa minggu ke depan.
Apple sejauh ini memperoleh penangguhan pembebasan bea masuk untuk iPhone, iPad dan laptop Apple, hingga 15 Desember. Tetapi ke depan, Apple harus menyusun rencana komprehensif untuk membangun pabrik iPhone di luar China betapapun biayanya.