Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membalas penolakan keras Perdana Menteri Denmark atas upayanya untuk membeli Greenland dengan membatalkan kunjungannya sehingga memperuncing pertikaian di antara kedua negara.
Beberapa jam setelah mengumumkan bahwa dia tidak akan mengunjungi Kopenhagen bulan depan sesuai rencana, Trump menuduh Perdana Menteri Mette Frederiksen telah menghina Amerika Serikat.
Dia mengatakan penolakan untuk membicarakan pembelian Greenland "tidak masuk akal."
Penolakan Frederiksen dan pembatalan kunjungan Trump menandai pertengkaran lain antara AS dan salah satu sekutu tradisionalnya sejak Trump berkuasa dua tahun lalu dengan mengusung kebijakan luar negeri "America First".
Trump, seorang pengusaha yang menjadi raja properti New York, mengklaim rencananya membeli Greenland sebagai "kesepakatan real estate besar".
Trump mengatakan Greenland merupakan beban ekonomi bagi Denmark karena wilayah otonomi itu sangat bergantung pada subsidi dari Kopenhagen.
Saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, Trump mengatakan dia bukan Presiden AS pertama yang mengangkat gagasan untuk membeli pulau yang luas di kawasan Arktik itu.
Pulau tersebut merupakan pangkalan udara Amerika Serikat sejak sebelum secara resmi menjadi bagian dari Denmark.
"Greenland hanya sebuah ide, hanya sebuah pemikiran. Tapi saya pikir ketika mereka mengatakan pembelian itu 'tidak masuk akal' dan disampaikan dengan cara yang sangat kasar maka saya berkata, 'Kami akan mengupayakannya lain kali,' "Kata Trump seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Kamis (22/8/2019).
Ide pembelian AS Greenland awalnya dianggap sebagai lelucon oleh beberapa orang. Akan tetapi lokasinya yang strategis telah membuatnya jadi incaran dari Rusia dan China.
Greenland adalah koloni Denmark sampai 1953 dan memperoleh status wilayah otonom pada tahun 1979. Dari sebanyak 55.000 penduduknya, 17.000 orang di antaranya tinggal l di Ibu Kota Nuuk.
Lebih dari 90 persen penduduknya merupakan suku Inuit, sebuah kelompok pribumi dari Asia Tengah.