Bisnis.com, JAKARTA -- Segenap pimpinan dan pegawai Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menghadiri pemakaman mantan Menteri Pekerjaan Umum Suyono Sosrodarsono di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta.
Menteri Pekerjaan Umum sejak 1983 hingga 1988 DR.(H.C.) Ir. Suyono Sosrodarsono berpulang dalam usia 93 tahun, pada hari Sabtu, 17 Agustus 2019 Pukul 15.30 di Rumah Sakit Siloam, Semanggi, Jakarta.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi yang juga bertindak sebagai inspektur upacara pada saat pemakaman mengatakan bahwa Suyono merupakan teladan bagi para insinyur muda Indonesia.
"Suyono merupakan teladan bagi para insinyur muda Indonesia karena dalam melaksanakan tugasnya, Suyono dikenal sebagai pekerja keras, disiplin, sederhana dan lebih suka terjun ke lapangan," ujarnya di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Minggu (18/8/2019).
Kemudian pria yang akrab disapa Yogi ini juga menyampaikan ucapan dukacita. Karya dan teladannya akan selalu dikenang dan menjadi semangat dalam bekerja untuk menjadikan Kementerian PUPR lebih baik lagi.
Adapun, Menteri Pekerjaan Umum 2004-2014 Djoko Kirmanto mengatakan bahwa kenangan tentang Suyono begitu melekat di benaknya.
"Dihati saya sudah sangat mengenang beliau luar biasa begitu saya masuk menjadi calon pegawai negeri itu yang terima pak yono, jadi pak Yono banyak berkontribusi. Buat saya pak Yono bukan hanya pemimpin saya, tapi bapak dan pendidik saya," katanya.
Hingga akhir hayatnya, Suyoni dikenang sangat aktif dan mengajarkan banyak pengalaman hidup kepada keluarganya.
"Beliau itu orangnya sangat tegas, tegak dan selalu mengajarkan supaya nggak neko-neko. Sampai akhir, beliau masih mengutamakan pendidikan dan aktivitasnya," kata Rachmat Saleh, keluarga Suyono.
Suyono Sosrodarsono lahir di Madiun, Jawa Timur tanggal 3 Maret 1926 dan menyelesaikan Sekolah Menengah Tinggi di Malang tahun 1947.
Pada masa tersebut, beliau juga tergabung dalam Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP).
Setelah menyelesaikan pendidikan teknik sipil di Bandung pada tahun 1955, beliau bergabung di Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) dan ditempatkan di Jawatan Perumahan Rakyat.
Pada masa itu, Pemerintah Indonesia tengah giat membangun proyek-proyek besar yang hingga kini masih menjadi ikon kebanggaan bangsa seperti Gelora Bung Karno, Jembatan Semanggi, Gedung Conefo (sekarang gedung DPR-MPR), Masjid Istiqlal, Monas dan lainnya.
Suyono mendapatkan kepercayaan memegang sejumlah jabatan diantaranya Proyek Irigasi di Sumatera Selatan (1959-1963), Kepala Direktorat Tata Bangunan Departemen PU (1963-1964), Pemimpin Komando Proyek Penanganan Banjir Jakarta (1964-1966), dan menjabat Direktur Jenderal Pengairan terlama (1966-1982).
Pada masa jabatannya sebagai Dirjen Pengairan, bendungan yang dibangun diantaranya Bendungan Gajah Mungkur, Selorejo, dan Karangkates.
Kemudian diangkat sebagai Menteri PU Kabinet Pembangunan IV (1983–1988) pada era Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Umar Wirahadikusumah.
Suyono beruntung karena dalam rentang panjang perjalanan karirnya sempat bertemu, mengenal dan terlibat selama sebelas tahun dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno dan dua puluh dua tahun dalam masa kepemimpinan Presiden Soeharto.
Dalam sebuah kesempatan, Suyono pernah mengatakan bahwa ia bekerja sembari belajar agar dapat lebih terlibat dalam proyek yang sedang dikerjakannya.
“Saya melakukan observasi di lapangan dan tidur dekat proyek. Di lapanganlah para insinyur akan melihat dan terlibat dalam penanganan masalah, melaksanakan praktek ilmunya yang ada kalanya tidak sama dengan apa yang kita pelajari dalam textbook. Saya juga bekerja sambil belajar, melaksanakan perbaikan jalan. Belakangan saya semakin memahami seorang insinyur baru dapat bekerja secara mantap jika pernah bekerja di lapangan,” kata Suyono.
Suyono juga mengambil prakarsa bersama Prof. Ir. Suryono (Pada waktu itu Dekan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya) mendirikan Jurusan Teknik Pengairan untuk mendapatkan tenaga ahli khusus dalam teknik pengairan.
Teknik ini penting dalam rangka mencapai swa sembada beras di Indonesia. Dalam bidang keilmuan, beliau juga terlibat sebagai penyunting beberapa buku teknik utamanya di bidang hidrologi.
Penghargaan yang diraihnya pun tidak sedikit, sebagai apresiasi atas kinerjanya Suyono banyak mendapatkan Bintang Mahaputera Utama Republik Indonesia, Bintang Adipradana Republik Indonesia, Penghargaan Adhikarsa, Bintang The Order of Secret dari pemerintah Jepang, hingga Doctor Honorid Causa dari Belanda.