Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Makna Iduladha, Muslim Amerika, dan Ivanka Trump

Perayaan Iduladha telah berlalu. Namun, momen bersejarah yang dialami ribuan Muslim Amerika Serikat (AS) dalam merayakan hari besar umat Islam tersebut tahun ini masih bergema.
Ivanka Trump/reuters
Ivanka Trump/reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Perayaan Iduladha telah berlalu. Namun, momen bersejarah yang dialami ribuan Muslim Amerika Serikat (AS) dalam merayakan hari besar umat Islam tersebut tahun ini masih bergema.

Pada Minggu (11/8/2019), ribuan umat Islam membanjiri stadion olahraga MetLife Stadium, New Jersey, AS, untuk sholat Iduladha dan meresapi riwayat Nabi Ibrahim yang bersedia berkurban karena Allah SWT.

Mereka di antaranya datang dari New York dan Pennsylvania, selain New Jersey. Pihak penyelenggara memperkirakan ada sekitar 20.000 hingga 30.000 jamaah berkumpul di stadion yang kerap dijadikan tempat konser musisi dunia itu.

“Mungkin lebih,” tutur Dean Makkaoui, dilansir dari North Jersey. Acara ini tidak memungut biaya maupun mensyaratkan registrasi terlebih dahulu.

Saking ramainya, sholat berjamaah sampai harus diadakan dalam dua sesi. Acara ini merupakan kolaborasi antara lebih dari 20 masjid setempat, termasuk Islamic Center of Passaic County, salah satu masjid terbesar di negara bagian itu.

“Biasanya agenda pertemuan memang dihadiri banyak pengunjung. Tapi jumlah pada hari Minggu itu luar biasa besarnya,” lanjut Makkaoui menggambarkan.

Shazia Shailch, yang datang bersama sekitar 15 anggota keluarganya, mengatakan belum pernah menghadiri acara sebesar ini.

"Saya menikmatinya. Sangat menyenangkan melihat begitu banyak budaya yang berbeda. Ini pengalaman yang sangat menyenangkan,”ujar Shailch, penduduk asli Pakistan yang tinggal di kota Passaic, New Jersey.

Anggota Dewan kota Passaic, Salim Patel, mengungkapkan bahwa acara itu adalah peristiwa yang sangat penting. Banyak keluarga berkumpul serta menghidupkan kembali ikatan di antara mereka.

“Ada banyak keluarga bahagia,” ungkap Patel.

Ayah Patel berimigrasi ke AS pada tahun 1969 dan merayakan Lebaran pertamanya di New York dengan sekitar 50 orang lainnya.

“Melihat sebuah komunitas yang telah berkembang hingga sebesar ini, saya pikir membawa banyak kedamaian dan kegembiraan di hati seseorang,” lanjutnya.

Rasa bahagia tampak menjalari kerumunan jamaah saat itu, bahkan ketika Amerika masih bergulat dengan kasus penembakan massal yang menewaskan 22 orang pekan sebelumnya di El Paso, Texas, dan Dayton, Ohio.

Para peserta melewati detektor logam dan harus memeriksakan tas mereka. Petugas keamanan dan petugas polisi bersenjata tersebar baik di dalam gerbang maupun lapangan.

“Jika ada sesuatu yang akan terjadi, kami melihat itu adalah kehendak Tuhan. Itu tidak akan terjadi tanpa seizin-Nya, menurut ajaran kami,” pungkas Patel.

Ivanka Trump Dikritik

Seolah tak ingin ketinggalan momen besar ini, putri sulung Presiden AS Donald Trump, Ivanka Trump, mengucapkan selamat merayakan kepada umat muslim di seluruh dunia melalui akun Twitter miliknya pada Minggu (11/8).

Sayangnya, itikad baik Ivanka tak bergayung sambut. Usaha Ivanka justru memantik kritik. Banyak orang mengingatkannya pada politik anti-Muslim sang ayah, termasuk larangan perjalanannya yang kontroversial.

Akun Twitter penasihat senior Gedung Putih ini diramaikan komentar negatif. Sebagian warganet menganggapnya hanya berpura-pura karena di satu sisi, ia diketahui merupakan sosok yang seringkali mendukung kebijakan Presiden Trump.

“Dari pemerintah AS yang memunculkan larangan bagi Muslim, ‘Semoga Anda sehat, bahagia, dan gembira!’,” sindir salah seorang warganet, seperti dikutip dari People.

Aktor pengisi suara Charlie Adler juga menuliskan respons serupa.

“Tampaknya tidak ada habisnya ketidakpekaan, ketidaktahuan & keyakinan Anda bahwa ada orang yang percaya apapun yang Anda atau ayah & saudara Anda katakan,” tulis Adler.

Pada Januari 2017, Presiden Trump menetapkan perintah eksekutif untuk larangan perjalanan. Menurut Gedung Putih, larangan ini bertujuan untuk melindungi warga Amerika dari serangan teroris oleh warga negara asing yang diterima di negara itu.

Larangan tersebut, yang untuk sementara waktu melarang masuknya warga dari enam negara mayoritas Muslim ke AS, serta merta memicu protes dari berbagai pihak.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper