Bisnis.com, JAKARTA - Kalimantan sudah ditetapkan sebagai lokasi untuk ibu kota baru Indonesia. Meski sejauh ini belum diketahui lokasi pasti ibu kota baru tersebut, teknologi keamanan menjadi poin yang patut diperhatikan.
Asosiasi Teknologi dan Industri Sekuriti Indonesia (ATISI) bersama perusahaan solusi teknologi sekuriti PT. Professtama Teknik Cemerlang (Professtama), menyampaikan dukungan dan rekomendasi teknologi sekuriti terkait rencana pembangunan ibu kota baru Republik Indonesia.
“ATISI turut mendukung pembangunan ibu kota baru. Aset dan infrastruktur strategis adalah sasaran utama penyadapan dan pencurian data, sehingga ibu kota baru tentu perlu memiliki teknologi keamanan mutakhir. Apalagi, peningkatan keamanan siber adalah salah satu dari 25 program prioritas rencana kerja pemerintah RI tahun 2020,” ujar Sanny Suharli, Ketua Umum Asosiasi Teknologi dan Industri Sekuriti Indonesia (ATISI), dalam keterangan tertulis, diterima Kamis (8/8/2019).
Irwandi Salim, Presiden Direktur PT. Professtama Teknik Cemerlang mengungkapkan kesiapannya untuk memberikan dukungan.
“Professtama siap mendukung pembangunan ibu kota baru sesuai dengan kapabilitas dan keahlian kami selama lebih dari 35 tahun di industri teknologi sekuriti. Ibu kota baru nanti tentu harus dilengkapi dengan teknologi keamanan canggih dan sesuai dengan konsep yang saat ini direncanakan, yakni forest city,” ujar Irwandi.
Sebelumnya, dalam Rapat Koordinasi Terbatas pada Selasa 6 Agustus 2019, Presiden Joko Widodo telah menegaskan bahwa ibu kota baru akan bertempat di Kalimantan.
Baca Juga
Adapun kandidat lokasi ibu kota baru berada di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan atau Kalimantan Timur.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengungkapkan pemerintah akan menggunakan APBN sebesar Rp93 triliun untuk pembangunan ibu kota baru, selain memaksimalkan kerja sama anggaran dengan BUMN dan Swasta.
Terkait pembangunan ibu kota baru RI di Kalimantan, ATISI dan para pelaku industri teknologi sekuriti di Indonesia menyampaikan empat rekomendasi berikut:
1. Anti Penyadapan dan Pencurian Data
Ketua Umum ATISI Sanny Suharli menegaskan teknologi antipenyadapan dan pencurian data mutlak harus ada dalam sistem keamanan ibu kota baru, khususnya dalam hal pertahanan terhadap celah keamanan (backdoor code). "Dengan backdoor code, akses ke CCTV dapat diretas tanpa perlu mengetahui kata sandi, sehingga rentan pencurian rekam data denah ruangan maupun aktivitas di infrastruktur strategis," ujar Sanny.
2. Sistem Keamanan Berlapis
"Ibu kota baru wajib memiliki sistem pertahanan keamanan siber berlapis, yang memiliki Next Generation Firewall (NGFW), penyimpanan logaritma jangka panjang, sistem intelijen pendeteksi ancaman aktif, kemampuan analisa dan visibilitas aktual, serta penanganan ancaman secara otomatis, " tutur Richard Baker, Director of Red Piranha.
3. Jumlah dan Teknologi CCTV
Sementara menurut Presiden Direktur Professtama Irwandi Salim idealnya perlu 100 CCTV per 1 kilometer persegi di ibu kota baru. "Ibu kota baru yang memiliki konsep forest city baiknya memakai teknologi kamera CCTV 360 derajat dengan fitur thermal dan nightvision. Juga ada fitur antikorosi dan antiledakan. Hal ini dimaksudkan agar CCTV bisa mendeteksi secara komprehensif dalam gelap, sensitif terhadap perubahan suhu untuk pencegahan kebakaran, dan tahan bencana."
4. Face Recognition dan Artificial Intelligence
Selain 3 hal di atas, diperlukan teknologi yang bisa mendeteksi wajah dan mencocokkan dengan data base dalam hitungan detik. "Perlu ada teknologi face recognition dan artificial intelligence yang mampu mendeteksi wajah dan mencocokkan dengan database pelaku kejahatan secara akurat dalam waktu cepat," ujar Scottie Kim, CEO Jisung Protech.