Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral China, People’s Bank of China (PBoC), meyakinkan perusahaan-perusahaan asing bahwa nilai tukar mata uang yuan tidak akan berlanjut melemah secara signifikan.
Menurut pernyataan yang diterima Bloomberg, PBoC mengadakan pertemuan dengan sejumlah eksportir asing di Beijing pada Selasa (6/8/2019) waktu setempat.
Dalam pertemuan itu, para pembuat kebijakan PBoC juga meyakinkan bahwa kemampuan perusahaan-perusahaan untuk membeli dan menjual dolar AS akan tetap normal.
Pada Senin (5/8/2019), untuk pertama kalinya sejak 2008, nilai tukar yuan ambrol hingga menembus level kunci 7 terhadap dolar AS dan seketika memicu kemerosotan besar-besaran dalam pasar keuangan dunia.
Sebagian investor melihat aksi tersebut sebagai pembalasan atas rencana pengenaan tarif 10 persen oleh pemerintah AS terhadap sisa impor asal China senilai US$300 miliar mulai 1 September.
Presiden AS Donald Trump merespons keras pelemahan yuan tersebut dan menyebut China sebagai manipulator mata uang. Pada Selasa (6/8), pemerintah China kemudian menetapkan tingkat referensi yuan yang lebih kuat dari perkiraan analis.
Bank Sentral China, People’s Bank of China, menetapkan tingkat referensi harian pada 6,9683 per dolar, lebih kuat dari perkiraan level 6.9871 dalam survei Bloomberg terhadap 19 pelaku pasar dan analis.
Pernyataan PBoC menegaskan bahwa bank sentral ini dan State Administration of Foreign Exchange China, badan yang bertugas menyusun peraturan dan regulasi kegiatan pasar valuta asing, akan bekerja sama untuk menjaga kebijakan manajemen pertukaran yang konsisten dan stabil.
“Saya sepenuhnya yakin bahwa yuan akan tetap menjadi mata uang yang kuat terlepas dari fluktuasi baru-baru ini di tengah ketidakpastian eksternal,” terang Gubernur PBoC Yi Gang dalam sebuah pernyataan pada Senin (6/8).
Sementara itu, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow pada Selasa (6/8) mengatakan bahwa AS akan memperhatikan mengenai apakah China telah mengambil langkah-langkah untuk membalik pelemahan dalam yuan.