Bisnis com, JAKARTA -- Sejumlah masalah yang dialami Partai Golkar beberapa tahun terakhir bisa menjadi batu sandungan bagi Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto menjelang Musyawarah Nasional (Munas), yang akan digelar pada Desember 2019.
Peneliti politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Aisah Putri Budiarti menilai salah satu masalah yang bisa menjadi sandungan bagi Airlangga adalah turunnya perolehan suara Golkar di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 dibanding Pemilu 2014. Berkurangnya perolehan suara Golkar dipandang tak bisa dipisahkan dari kepemimpinan Airlangga.
"Kondisi menurunnya perolehan suara Golkar di DPR RI, secara persentase, dari Pileg 2019 bisa menjadi catatan evaluasi baginya dalam Munas nanti," ujar Aisah kepada wartawan, Minggu (28/7/2019) malam.
Golkar tercatat mendapat 14,7 persen suara pada Pileg 2014. Namun, partai beringin hanya meraih 12,31 persen suara pada Pileg 2019. Perolehan itu di bawah suara PDI Perjuangan yang meraih 19,33 persen dan Gerindra dengan 12,57 persen.
Sebagai catatan, selain rendah, suara Golkar di Pileg 2019 juga berada di bawah target.
Sebelum Pileg 2019, Airlangga sempat menyerukan target agar partainya meraih 110 kursi di DPR RI hasil Pemilu tahun ini. Namun, dengan perolehan saat ini, Golkar diprediksi hanya bisa mendapat 85 kursi.
"Selain itu [masalah karena] kasus PLTU Riau. Jika ini dilanjutkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), juga bisa menjadi batu ganjalan bagi Airlangga dalam proses Pemilu internal Golkar nanti," tutur Aisah.
Dia memprediksi Airlangga berpotensi diperiksa KPK dalam kasus yang menjerat Idrus Marham ini. Jika hal itu terjadi, maka citra Airlangga akan bertolak belakang dengan rencana Golkar yang ingin memperbaiki citranya.
Perbaikan citra hendak dilakukan Golkar pascabanyaknya kader yang terjerat kasus korupsi beberapa tahun terakhir. Bahkan, Ketua Umum Golkar sebelum Airlangga, Setya Novanto sempat menarik perhatian publik karena keterlibatannya di perkara korupsi pengadaan e-KTP.
Terakhir, Aisah melihat peluang Ketua DPR Bambang Soesatyo, yang akrab dipanggil Bamsoet, menjadi Ketua Umum Golkar terbuka. Anggapan itu muncul setelah melihat pertemuan Bamsoet dengan Presiden Joko Widodo, belum lama ini.
Meski Jokowi juga pernah melakukan pertemuan dengan Airlangga, tapi tatap muka antara Presiden RI ketujuh dengan Bamsoet dianggap punya sinyal lebih kuat terkait dukungan di Munas Golkar.
"Dari segi simbol politik, pertemuan dengan Bamsoet beberapa waktu lalu bisa menjadi sinyal kecenderungan dukungan Jokowi pada Bamsoet. Namun, tentunya kita tidak bisa memastikan hal tersebut, karena proses menuju Munas masih panjang," terangnya.
Bamsoet juga dipandang lebih gencar melakukan konsolidasi kekuatan jelang Munas Golkar. Salah satu buktinya, dia sudah menemui tokoh senior Golkar yakni BJ Habibie.
"Gerakan ke tokoh penting di level nasional dan diikuti konsolidasi kekuatan ke bawah. Maka gerak cepat ini bisa memberikan peluang bagi Bamsoet, apalagi Airlangga kelihatannya lebih “santai”," tambah Aisah.
Pengamat : Sejumlah Masalah Berpotensi Ganjal Airlangga Jelang Munas Golkar
Salah satu masalah yang bisa menjadi sandungan bagi Airlangga adalah turunnya perolehan suara Golkar pada Pileg 2019 dibanding Pemilu 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Lalu Rahadian
Editor : Annisa Margrit
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
2 jam yang lalu
Menakar Nasib Spektrum Frekuensi Merger FREN dan EXCL
4 jam yang lalu
Gejolak Akibat Harga Kopi Melonjak
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
2 jam yang lalu