Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Konstruksi dan Jasa Singapura Ikut Terpuruk

Pelemahan ekonomi Singapura ternyata tak hanya dipicu oleh aktivitas ekspor, tetapi juga sektor penopang ekonomi lainnya seperti konstruksi dan jasa. 
Suasana di salah satu manufaktur yang ada di Singapura./.Reuters
Suasana di salah satu manufaktur yang ada di Singapura./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Pelemahan ekonomi Singapura ternyata tak hanya dipicu oleh aktivitas ekspor, tetapi juga sektor penopang ekonomi lainnya seperti konstruksi dan jasa. 

Di saat sektor manufaktur mencatatkan kontraksi sebesar 6% pada kuartal kedua dari kuartal sebelumnya, sektor konstruksi ikut anjlok sebesar 7,6%. Berbanding terbalik dari ekspansi sebesar 13,3% dari kuartal pertama.

Adapaun, industri jasa turut mengalami penyusutan sebesar 1,5% pada kuartal kedua.

Menurut Tuuli McCully, Kepala Ekonom kawasan Asia-Pasifik di Scotiabank Singapura, 40% dari total ekspor Singapura merupakan produk sirkuit terpadu (integrated circuit).

"Penurunan di sektor semikonduktor global tercermin di Singapura daripada di sebagian besar negara di kawasan ini," kata McCully katanya seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (12/7/2019).

Sebelumnya dilaporkan bahwa angka produk domestik bruto (PDB) negara yang bergantung pada ekspor tersebut turun menjadi 3,4% pada kuartal II/2019 dari 3,8% pada kuartal sebelumnya, ini merupakan penurunan terbesar sejak 2012.

Realisasi ini juga lebih buruk dari proyeksi pertumbuhan 0,5% yang mengacu pada survei Bloomberg dan berbanding terbalik dari ekspansi pada kuartal sebelumnya.

Pelemahan tersebut kemungkinan akan mendorong bank sentral, Otoritas Moneter Singapura (MAS), untuk menahan perubahan apapun pada kebijakan moneter mereka pada Oktober mendatang atau justru melakukan pelonggaran.

MAS menggunakan nilai tukar sebagai alat ukur utama, mereka menahan kebijakan tetap stabil pada pertemuan April lalu.

"Jika pada Oktober resesi muncul serta AS-China masih belum mampu menemukan resolusi untuk perang dagang, MAS mungkin harus melonggarkan kebijakan," ungkap Chua.

Pemerintah Singapura memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2019 pada kisaran 1,5% - 2,5%, lebih rendah dari perkiraan untuk 2018 sebesar 3,1%.

Beberapa waktu lalu, Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Chan Chun Sing mengatakan bahwa para pejabat pemerintah akan merevisi proyeksi tersebut pada Agustus.

Dia juga menambahkan bahwa Singapura berada di posisi yang baik untuk menghadapi risiko yang meningkat dengan fundamental ekonomi yang sehat, posisi fiskal yang kuat, serta kemajuan dalam restrukturisasi ekonomi.

Ekonom kawasan Asean Tamara Henderson mengatakan bahwa data yang lemah pada kuartal kedua masih jauh lebih baik, sedangkan data pada semester kedua kemungkinan akan memburuk jika AS-China tidak segera mencapai sebuah kesepakatan.

Perundingan dagang antara AS-China yang baru saja kembali dimulai tidak banyak membantu meyakinkan para ekonom bahwa ekonomi global dapat mengurangi perlambatan hingga akhir 2019 atau lebih.

Bulan lalu, analis Morgan Stanley memangkas perkiraan pertumbuhan 2019 dan 2020 masing-masing sebesar 20 basis poin menjadi 3% dan 3,2%.

"Dengan resolusi konflik perdagangan AS-China dan rebound dalam siklus teknologi global keduanya masih sulit dipahami, risiko penurunan pertumbuhan di kawasan itu akan meningkat," kata Krystal Tan, seorang ekonom di Australia & New Zealand Banking Group Ltd. Singapura.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper