Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tiba-tiba mengumumkan pemecatan Murat Cetinkaya dari jabatan gubernur bank sentral, setelah dia dikatakan menolak permintaan tidak resmi untuk mengundurkan diri.
Keputusan untuk menggulingkan Cetinkaya berisiko pada reaksi pasar ketika pembuat kebijakan diharapkan untuk memulai penurunan suku bunga.
Menurut sejumlah narasumber yang dirahasiakan identitasnya, ketegangan antara Cetinkaya, yang masa jabatannya akan berakhir pada 2020, dan pemerintah meningkat setelah pertemuan otoritas moneter pada 12 Juni, ketika dia mempertahankan tingkat suku bunga.
Dilansir melalui Bloomberg, keputusan resmi Presiden yang dirilis pada Sabtu (6/7/2019), menyatakan bahwa Wakil Gubernur Bank Sentral Murat Uysal ditunjuk sebagai pengganti Cetinkaya.
Seorang juru bicara untuk Departemen Keuangan dan Keuangan tidak menjawab panggilan. Pesan teks dan panggilan telepon ke pejabat yang bekerja di kantor presiden tidak dijawab.
Pemecatan mendadak tersebut dapat memicu kembali kekhawatiran investor tentang independensi bank sentral, bahkan dapat menggagalkan reli lira Turki yang sudah dimulai sejak awal Mei lalu.
Keputusan ini diambil hanya beberapa hari setelah tingkat suku bunga riil Turki meningkat menjadi sebesar 8,3 persen, sementara inflasi mengalami perlambatan di luar ekspektasi sehingga memberikan ruang bagi pembuat kebijakan untuk memulai siklus pelonggaran.
Pertemuan dalam rangka menentukan kebijakan berikutnya dijadwalkan pada 25 Juli.
Piotr Matys, ahli strategi Rabobank yang berbasis di London, mengatakan bahwa dengan memecat Cetinkaya secara tiba-tiba, Erdogan seperti memberikan peringatan kepada semua orang yang bertanggung jawab atas kebijakan moneter.
"Keputusan ini diatur untuk merusak kredibilitas bank sentral, yang mungkin akan mulai melonggarkan suku bunga jauh lebih cepat daripada yang diantisipasi sebelumnya," ujar Matys, seperti dikutip melalui Bloomberg pada Minggu (7/7/2019).
Dengan kebijakan bank sentral yang ditahan selama berbulan-bulan, pemerintah sebaliknya akan mengandalkan stimulus fiskal untuk keluar dari resesi pertama Turki dalam satu dekade terakhir.
Namun, produksi industri turun untuk pertama kalinya tahun ini pada bulan April, yang meningkatkan risiko resesi ganda.
Pemerintah ingin memulai pertumbuhan dengan menurunkan suku bunga di tengah inflasi yang melemah.
Erdogan sering menyampaikan kritiknya kepada bank sentral yang terus menahan suku bunga pinjaman pada tingkat tertinggi.
Bulan lalu dia mengeluh bahwa sementara The Federal bergerak lebih dekat untuk menurunkan suku bunga, tingkat kebijakan di Turki adalah 24% dan kondisi itu tidak dapat diterima.
Agustin Carstens, General Manager di Bank for International Settlements, mengatakan pada akhir Juni bahwa Turki adalah contoh dari apa yang terjadi ketika politisi mencampuri kebijakan moneter.
"Bank-bank sentral perlu bertahan dalam menjalani visi mereka dan jangan terpengaruh oleh tujuan politik jangka pendek para pembuat keputusan di pemerintahan," katanya.
Cetinkaya, yang ditunjuk sebagai gubernur pada April 2016, dikritik karena bertindak terlalu lambat untuk mengetatkan kebijakan moneter selama kekalahan mata uang terjadi pada Agustus tahun lalu.
Dia kemudian menunjukkan tekad dalam menghadapi gejolak pasar, meningkatkan suku bunga acuan sebesar 625 basis poin pada bulan September dan menahannya sejak saat itu.
Cetinkaya juga mendapat kecaman tentang kurangnya transparansi atas volatilitas cadangan bank baru-baru ini, mendorong kekhawatiran bahwa otoritas moneter menggunakan asetnya untuk menopang lira sebelum pemilihan umum tingkat daerah pada awal tahun ini.
Sementara itu, penunjukan Uysal juga menuai kritik dari mantan pejabat bank sentral, yang mengatakan undang-undang yang menjamin independensi regulator juga membatasi peran eksekutif untuk memecat gubernur kecuali jika dia terlibat dalam kegiatan yang dilarang, seperti memegang saham dalam pemberi pinjaman komersial.