Bisnis.com, JAKARTA--Terpilihnya kembali Joko Widodo sebagai presiden dinilai menjadi penyeimbang yang kuat terhadap melemahnya demokrasi dan ‘politik orang kuat’ yang baru-baru ini mendominasi lanskap pemilu global.
Pandangan tersebut merupakan ulasan dari media Amerika Serikat, The New York Times, beberapa waktu lalu. Ulasan itu juga turut dibagikan Jokowi melalui akun Twitternya pada Selasa (2/7/2019).
Dalam artikel itu, Jokowi digambarkan tak tampak seperti sosok yang memiliki aura dihormati seperti "rock-star". Pidatonya tidak terlalu bergantung pada visi besar atau retorika populis, dan lebih pada statistik tentang pembangunan jalan atau pembiayaan desa. Sosoknya gemar memakai kemeja putih polos dan celana panjang hitam, serta bertutur kata lembut.
Terpilihnya kembali Jokowi untuk masa jabatan kedua dan terakhir sebagai presiden dari negara terpadat keempat di dunia ini dianggap sebagai penyeimbang yang kuat terhadap melemahnya demokrasi dan ‘politik orang kuat’ yang baru-baru ini mendominasi lanskap pemilu global.
“Saya presiden dari seluruh Indonesia, dan demokrasi melindungi pluralisme,” ujar Jokowi dalam wawancaranya dengan The New York Times, dikutip Kamis (4/7). “Pemerintahan saya adalah tentang harmoni dan menentang ekstremisme.”
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan beragam macam kebudayaan. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan populasi Muslim terbesar, sekaligus negara demokrasi terbesar ketiga di dunia.
Guna menjaga agar Indonesia tetap eksis, kata Jokowi, Indonesia harus bergantung pada budaya Indonesia yang beragam dan toleran.
Namun tantangan untuk menyatukan negara yang begitu luas ini membuat Indonesia dinilai sering tampak berfokus pada dirinya sendiri daripada terlibat di panggung global.
Jokowi menolak ketika ditanya apakah Indonesia akan menjadi model bagi negara-negara mayoritas Muslim yang dipimpin oleh keluarga diktaktor.
“Islam dan demokrasi cocok. Tetapi biarkan orang lain datang dan melihat dengan mata kepala mereka sendiri. Saya tidak bisa memberi tahu mereka," kata Jokowi.
Selain New York Times, Jokowi juga menjadi sorotan media asing lain, yakni majalah gaya hidup Arab Saudi, Arrajol. Majalah yang menjadikan Jokowi sebagai sampul edisi Mei tersebut mengulas mengenai gaya hidup hingga pandangan Jokowi mengenai demokrasi dan terorisme.
Jokowi menekankan bahwa di tengah keanekaragaman Indonesia terdapat Pancasila yang menjadi dasar untuk menjaga koeksistensi dalam perdamaian, keamanan, dan persatuan ataragama dan berbagai suku di Indonesia.
Terkait terorisme, Jokowi menggarisbawahi bahwa Indonesia bangga dengan kehadiran dua organisasi Islam moderat di negeri ini, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, yang bekerja sama dengan pemerintah dalam memerangi terorisme dan ekstremisme.