Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Partai Gerindra dianggap tak layak lagi menjadi calon presiden pada Pilpres 2024, karena sudah kalah hattrick atau gagal di tiga Pilpres.
Anggapan itu dikemukakan sebab Prabowo sudah tiga kali mengikuti kontestasi Pilpres di Indonesia. Dalam tiga kali kesempatan itu, Prabowo selalu menderita kekalahan.
“Pak Prabowo seharusnya sudah bisa meregenerasi politik dirinya menuju salah satu orang yang bisa maju ke the next capres. Tapi apakah itu akan memilki chance yang sama kaya Prabowo, itu yang harusnya dibentuk sejak dini,” tutur Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Rully Akbar di kantornya, Selasa (2/7/2019).
Pasangan Pilpres 2009-2019
Pilpres | Capres-Cawapres |
2009 | Susilo Bambang Yudhoyono-Budiono, Megawati Soekarno Putri-Prabowo Subianto, Jusuf Kalla-Wiranto |
2014 | Joko Widodo-Jusuf Kalla, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa |
2019 | Joko Widodo-Ma'ruf Amin, Prabowo-Subianto-Sandiaga Uno |
Menurut Rully, ada setidaknya 2 nama yang berpeluang menggantikan posisi Prabowo sebagai capres pada Pilpres lima tahun lagi.
Nama pertama yakni Anies Baswedan. Beliau adalah Gubernur DKI Jakarta saat ini dan maju sebagai kandidat di Pilkada DKI 2017 dengan dukungan utama dari Gerindra serta PKS.
Kedua, ada nama Sandiaga Uno. Dia adalah eks Wakil Gubernur DKI Jakarta dan eks kader Gerindra, sekaligus cawapres pasangan Prabowo di Pilpres 2019.
“Nama-nama yang dekat dengan Pak Prabowo ini yang seharusnya disiapkan untuk kompetisi dan memenangkan laga di 2024. Jadi Gerindra secara kepartaian makin besar,” ujarnya.
Prabowo pertama kali mengikuti kontestasi Pilpres pada 2009. Saat itu, dia menjadi cawapres dan berpasangan dengan Megawati Soekarnoputri.
Pada kesempatan itu Megawati dan Prabowo gagal. Lima tahun berselang, Prabowo kembali ikut kontestasi Pilpres dan menjadi capres berpasangan dengan Hatta Radjasa.
Prabowo kembali kalah saat itu, kemudian dia maju lagi sebagai capres di Pilpres tahun ini bersama Sandiaga Uno.