Bisnis.com, JAKARTA — Keriuhan di internal Partai Golkar justru dianggap baik oleh Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komarudin.
Ujang beranggapan bahwa hal ini justru mencerminkan Golkar sebagai partai yang matang, dan terhindar dari penguasaan sosok tertentu.
"Golkar partai yang sudah teruji, elegan dalam setiap penyelesaian konflik internalnya. Ribut-ribut di Golkar itu sudah biasa, karena di Golkar tidak ada satu faksi yang dominan. Faksi-faksi di Golkar banyak, rata, dan kuat-kuat," jelasnya kepada Bisnis, Senin (24/6/2019).
Seperti diketahui, Golkar sedang dilanda krisis kepercayaan terhadap Ketua Umum-nya Airlangga Hartarto lewat tekanan percepatan Musyawarah Nasional (Munas). Salah satu nama yang santer disebut akan maju berkompetisi dengan Airlangga, yaitu Ketua DPR RI Bambang Soesatyo.
Menurut Ujang, setiap intrik di internal partai biasanya tak hanya memiliki satu tujuan. Kepentingan memajukan Munas bisa jadi salah satu cara mendorong nama-nama kader Golkar ke bursa calon kabinet menteri, atau hanya untuk menjaga kultur ketua umum satu periode yang yelah berjalan sejak reformasi.
Selain itu, Ujang berpendapat memang secara objektif kepemimpinan Airlangga di Golkar memang belum maksimal. Bisa jadi, ini pengaruh fokus terpecah, akibat rangkap jabatan sebagai Menteri Perindustrian RI.
"Jika Airlangga memiliki target kursi DPR RI 110 kursi, lalu hanya dapat 85 kursi, dan kursi Golkar pada Pilpres 2014 lalu 91 kursi. Pileg 2019 kali ini kursi turun 6 kursi. Performa Pileg memang turun, namun sedikit saja turunnya," jelas Ujang.