Bisnis.com, JAKARTA – Laporan yang dirilis oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut bahwa populasi di dunia diperkirakan akan meningkat menjadi 9,7 miliar jiwa pada 2050 dari 7,7 miliar jiwa pada saat ini.
Laporan dari Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB itu juga menyatakan bahwa populasi tersebut akan terus meningkat menjadi 11 miliar pada 2100 mendatang.
Dilansir dari Channel Asia News, Selasa (18/6) studi ini menggambarkan masa depan di mana segelintir negara akan mengalami lonjakan populasi seiring tingkat harapan hidup yang makin panjang, sementara tingkat pertumbuhan global akan melambat di tengah menurunnya tingkat kesuburan.
Pada 2050, lebih dari setengah pertumbuhan populasi di dunia akan terkonsentrasi di sembilan negara, yaitu India, Nigeria, Pakistan, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Tanzania, Mesir, Amerika Serikat, dan Indonesia.
Sementara itu, negara dengan populasi terpadat saat ini yakni China akan mengalami penurunan populasi 2,2% atau sekitar 31,4 juta jiwa dalam rentang waktu 2019 dan 2050.
Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa 27 negara atau wilayah yang telah mengalami pengurangan populasi setidaknya 1% sejak 2010 lalu, terjadi akibat tingkat kesuburan yang rendah.
Baca Juga
Selain itu, laporan juga mengatakan jumlah kematian telah melampaui jumlah kelahiran di beberapa negara, seperti Belarus, Estonia, Jerman, Hungaria, Italia, Jepang, Rusia, Serbia, dan Ukraina. Akan tetapi, penurunan jumlah populasi tersebut diyakini akan diimbangi dengan arus masuk migran dari negara lain.
Adapun, tingkat kesuburan global secara terus mengalami penurunan. Pada 1990 angka kesuburan global mencapai 3,2 per perempuan, kemudian turun menjadi 2,5 pada 2019, dan diperkirakan akan terus turun hingga 2,2 pada 2050.
Laporan itu juga memproyeksikan meningkatkan usia harapan hidup secara umum, termasuk di negara-negara ketiga. Harapan hidupnya diperkirakan mencapai 77,1 tahun pada 2050, naik dibandingkan tahun ini yang berkisar pada 72,6 tahun.