Bisnis.com, JAKARTA - Bulan purnama pada 19 Mei 2019 disebut khusus dengan istilah bulan biru atau Blue Moon. Fenomena ini hanya terjadi sekali tiap dua-tiga tahun. Pertanyaannya, benarkah bulan akan tampak berwarna biru?
Penggiat astronomi di komunitas Langit Selatan Bandung Avivah Yamani mengatakan, istilah Blue Moon terkait dengan kemunculan purnama ketiga dari empat purnama dalam satu musim.
Musim itu terkait dengan negara yang memiliki empat musim, atau tiap musimnya berumur tiga bulan.
“Jadi bulan purnama Blue Moon ini bakal muncul di musim semi, masalahnya kita nggak ada musim semi,” katanya, Selasa (14/5/2019).
Secara fisik, purnama di Indonesia pada 19 Mei 2019 akan tampak seperti bulan penuh biasa yang berwarna pucat. Pun di negara empat musim. Bulan tidak berubah warna menjadi biru.
Kemunculan Blue Moon pun bisa diartikan sebagai purnama ekstra atau tambahan. Dari laman earthsky.org, fenomena Blue Moon dikaitkan dengan ekuinoks (equinox) atau saat matahari tepat melewati garis ekuator bumi.
Kondisi itu menjadi awal musim semi di belahan bumi utara dan awal musim gugur di belahan bumi selatan.
Sejak terjadi ekuinoks 20 Maret 2019 hingga titik balik matahari 21 Juni 2019, tercatat ada empat purnama yaitu 21 Maret, 19 April, 18 Mei yang disebut Blue Moon atau 19 Mei di Indonesia, dan 17 Juni.
Menurut astronom Tri L. Astraatmadja dalam tulisannya di laman komunitas Langit Selatan, bulan biru terjadi setiap 2,71 tahun sekali.