Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Kaji Pengerahan Pasukan ke Iran

Amerika Serikat meningkatkan tekanan ke Iran dengan membicarakan kemungkinan pengerahan pasukan ke Negeri Para Mullah tersebut.
Komplek Pentagon di Washington, AS, tampak dari atas pesawat Air Force One, 29 Maret 2018./REUTERS-Yuri Gripas - RC125AF3E6D0
Komplek Pentagon di Washington, AS, tampak dari atas pesawat Air Force One, 29 Maret 2018./REUTERS-Yuri Gripas - RC125AF3E6D0

Bisnis.com, WASHINGTON - Amerika Serikat meningkatkan tekanan ke Iran dengan membicarakan kemungkinan pengerahan pasukan ke Negeri Para Mullah tersebut.

Menteri Pertahanan sementara Amerika Serikat Patrick Shanahan telah menyampaikan rencana terbaru militer, yang mengarah pada pengiriman 120.000 tentara AS ke Timur Tengah. Hal itu akan dilakukan jika Iran menyerang pasukan AS atau mempercepat pengerjaan senjata nuklir, demikian laporan New York Times, Senin (13/5).

Rencana diperbarui atas perintah dari kalangan garis keras pimpinan Penasihat Keamanan Nasional John Bolton, lapor surat kabar tersebut yang mengutip sumber-sumber tanpa nama.

Rencana itu tidak berisi desakan agar AS melakukan serbuan darat ke Iran, menurut New York Times, seperti dikutip Antara, Selasa (14/5/2019).

Dalam beberapa pekan belakangan ini, Washington telah meningkatkan tekanan terhadap Teheran melalui penerapan sejumlah sanksi, pernyataan keras, serta ancaman pengerahan militer.

Shanahan sudah setuju soal pengiriman landasan kendaraan amfibi dan sistem pertahanan udara ke Timur Tengah, kata Pentagon, yang merupakan gedung markas Departemen Pertahanan AS, dalam pernyataan pada Jumat.

Pengerahan itu diputuskan beberapa hari setelah Gedung Putih mengumumkan akan mengirimkan unit pengebom dan kapal perang Abraham Lincoln ke kawasan itu.

Sebagai tanggapan atas langkah AS, Presiden Iran Hassan Rouhani pekan lalu mengumumkan bahwa Iran menarik diri dari ketentuan pembatasan soal kesepakatan nuklir Iran soal cadangan uranium serta pasokan air negara itu.

Amerika Serikat, di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump, keluar dari kesepakatan nuklir Iran tersebut, yang didukung oleh Dewan Keamanan PBB dan dicapai pada 2015.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper