Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Venezuela, Nicholas Maduro menyampaikan ucapan terima kasih kepada militer karena turut menolak “persekongkolan penjajah” yang berbahaya untuk menggulingkan dirinya dengan memicu konflik yang akan membenarkan intervensi militer asing.
“Loyalitas adalah nilai yang Anda miliki atau apakah Anda tidak punya? ... Saya tahu Anda tidak akan mengecewakan Tanah Air,” kata Maduro kepada pasukannya saat berparade dini hari di Caracas yang disiarkan di televisi pemerintah sebagaimana dikutip Aljazeera.com, Jumat (3/5/2019).
Dia mempertanyakan berapa banyak kematian yang akan terjadi jika perang saudara dimulai karena ketidakberdayaan para penjual kudeta dan pengkhianat.
Maduro menegaskan tidak akan pernah menyerah. Ia juga membantah klaim oposisi bahwa mereka didukung oleh Amerika Serikat.
Diapit oleh Menteri Pertahanan Vladimir Padrino dan Kepala Operasi Militer Remigio Ceballos, Maduro tampil ditelevisi dengan mengatakan bahwa angkatan bersenjata “bersatu, kohesif, dan tunduk pada konstitusi.”
“Jangan datang menggadaikan kami dengan tawaran palsu, seperti kami tidak memiliki martabat,” kata Padrino yang ada di samping Maduro dalam video tersebut.
Dia mengatakan bahwa mereka yang telah jatuh dan menjual jiwa mereka bukan lagi prajurit, “mereka tidak bisa bersama kita,” ujar Padrino menyindir militer yang dinilainya telah berkhianat dan mendukung pihak oposisi.
Penampilan Maduro merupakan yang pertama usai Juan Guaido memimpin demonstrasi dan menyebut bahwa militer telah mendukung kudeta. Namun Guaido menyebut gerakan itu bukan kudeta, melainkan “fase akhir pembebasan Venezuela.”
Sementara itu, pihak Maduro memandang aksi Guaido sebagai upaya kudeta terhadap pemerintah sehingga memicu bentrokan antara massa pro-Guaido dengan aparat keamanan di beberapa wilayah.
Guaido yang merupakan kepala Majelis Nasional yang dipimpin oleh oposisi diakui sebagai presiden oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, dan sejumlah pemerintahan lainnya. Sementara itu, Maduro didukung oleh Rusia, China, dan Kuba.
Penampilan Maduro bersama sejumlah petinggi militer tersebut tampak ingin membantah isu pengkhianatan yang terjadi di lingkaran dalam sang presiden.