Bisnis.com, JAKARTA — Menanggapi hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia per 29 Maret 2019, kedua kubu terlihat sama-sama optimis lewat indikator tersendiri yang mereka tangkap.
TKN Jokowi-Ma'ruf diwakili politisi NasDem Johnny G Plate mengungkapkan bahwa survei terbaru ini menjelaskan bahwa isu-isu yang coba dilontarkan pihak lawan telah gagal total.
Misalnya, isu harga kebutuhan pokok dan daya beli petani, terbukti gagal. Sebab, dari profesi seperti petani, buruh, pekerja tak tetap, sopir, PKL, dan sejenisnya 60,9 persen masih memilih Jokowi-Ma'ruf dibandingkan 31,4 persen memilih Prabowo-Sandiaga.
Selanjutnya, upaya penantang merebut hati emak-emak pun gagal. Sebab, terbukti 55,5 persen ibu rumah tangga masih memilih Jokowi-Ma'ruf dibandingkan 38,9 persen pemilih Prabowo-Sandiaga.
"Jadi kita berharap diteruskan saja isu emak-emak ini. Tidak apa-apa. Tidak berpengaruh, karena gagal total," ujar Johnny sembari bercanda di kantor Indikator Politik Indonesia, Rabu (3/4/2019).
Kendati demikian, Johnny menyebut beberapa kekurangan pihaknya sebagai petahana dilihat dari hasil survei ini, yaitu masih minimnya dukungan beberapa etnis, seperti Batak, Sunda, Betawi, Minang. Sehingga masih perlu disentuh lewat kampanye yang semakin intens.
Baca Juga
Selain itu, minimnya dukungan lulusan Perguruan Tinggi menurutnya disebabkan banyaknya kekhawatiran terhadap masa depan, seperti lapangan pekerjaan. Sehingga, program-program dari pihaknya untuk menarik minat mereka harus lebih diperkenalkan.
Di sisi lain, pihak BPN Prabowo-Sandiaga diwakili politisi Partai Demokrat Hinca Panjaitan mensyukuri tren positif elektabilitas Prabowo-Sandiaga.
Dari hasil survei, elektabilitas Prabowo-Sandiaga dari sebelumnya Oktober 2018 hanya sebesar 30 persen meningkat menjadi 34,8 persen pada Desember 2018, hingga terakhir pada Maret 2019 mencapai 37,4 persen.
Sedangkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf cenderung stagnan. Dari 53 persen pada Oktober 2018, menjadi 54,9 persen pada Desember 2018, terkahir hanya naik 55,4 persen pada Maret 2019.
Menurut Hinca, tren positif tersebut bisa menentukan hasil akhir kemenangan dari Prabowo-Sandiaga, apabila pihak petahana banyak melakukan blunder yang diistilahkannya 'gol bunuh diri'.
Hinca mengibaratkan, ada klub sepak bola yang menjadi juara tanpa mencetak gol akibat lawannya mencetak gol bunuh diri.
Sebab itulah, dirinya berharap pada beberapa kemungkinan, seperti banyaknya kasus hukum dan korupsi, atau beberapa pernyataan dan aksi blunder yang bisa mengurangi dukungan dari kubu Jokowi-Ma'ruf, bisa membuat Prabowo-Sandi "juara" di menit-menit akhir.
"Jadi main bola itu sama seperti politik. Mencetak gol di menit-menit akhir itu enak. Karena tidak ada kesempatan lagi untuk lawan membalasnya," ujar Hinca pada kesempatan yang sama.