Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kisah Perjalanan Aktivis Ketum Seknas Jokowi M Yamin

Ia sering bolak-balik Jogja-Jakarta-Solo pada tahun-tahun itu untuk proyek politik "menaikkan Jokowi."

Bisnis.com, JAKARTA – Berpulangnya Ketua Umum Seknas Muhammad Yamin sekaligus Wakil Direktur TKN meninggalkan duka mendalam bagi para sahabat di kalangan aktivis.

AE Priyono menuangkan kisah persahabatan dengan Yamin dalam laman facebook pribadinya. Aktivis sosial dan penulis tersebut mengenal Yamin sejak duduk di bangku kuliah UII Yogyakarta di era 80-an.

Keduanya adalah teman satu kampus tetapi beda generasi. Begini perjalanan Yamin, aktivis demo jalanan di Jogja sampai memboyong Jokowi ke Istana di kutip dari laman facebook :

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10216881152154739&id=1042773335

 "Teman lama adalah seperti pedang tua. Ia selalu menjadi orang terbaik dan terpercaya" — John Webster

 Seorang teman lama telah pergi. Pada usia 53, Muhammad Yamin sesungguhnya sedang berada di puncak stamina politiknya.

Ia adalah Ketua Umum Seknas Jokowi, sebuah organisasi partisan elektoral yang sejak awal memang dimaksud untuk menggalang dukungan bagi terpilihnya kembali Jokowi untuk posisi Presiden RI periode 2019-2024. Itu posisi formalnya di tingkat nasional sekarang.

Tapi saya lebih mengenalnya sebagai seorang sahabat di masa lalu. Kami teman satu kampus meski beda generasi. Saya dari generasi awal 1980an, sedangkan dia dari generasi akhir 1980an.

Periode awal dan akhir 1980an bagi kaum aktivis mahasiswa ditandai dengan semacam titik-api yang berbeda untuk memfokuskan gerakan. Di bagian awal dekade, fokus besarnya adalah konsolidasi internal sedangkan di bagian akhir dekade adalah orientasi ke luar, demi mencari basis oposisi baru.

Saya baru menyadari pergeseran fokus itu ketika pada 2013 dipercaya menjadi editor sebuah buku kumpulan refleksi teman-teman sekampus mengenai gerakan mahasiswa dekade 1980an.

Muhammad Yamin adalah seorang aktivis yang menyumbangkan refleksinya. Ia menulis tentang pentingnya organisasi-orgamnisasi mahasiswa membangun persekutuan dengan rakyat; dan itu juga berarti memperluas arena oposisi.

Dalam konteks gerakan mahasiswa pada masa Orde Baru di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah, periode akhir 1980an diwarnai pembangunan represif proyek Bank Dunia dalam bentuk waduk Kedung Ombo.

Yamin adalah seorang aktivis yang menjabat sebagai Ketua Departemen Ekstern di Dewan Mahasiwa UII. Ia bukan hanya memiliki minat untuk urusan perluasan pergaulan politik dengan aktivis-aktivis dari kampus lain, tetapi juga memiliki fasilitas formal untuk menggalang konsolidasi eksternal, dari luar kampus.

Karena posisinya itulah ia juga menjadi tokoh penting di balik pendirian apa yang kemudian disebut sebagai "Gang Rode," tetapi juga menjalin jaringan dengan pusat-pusat oposisi Orde Baru di seluruh Jawa dan Sumatra.

Jika gang Rode adalah untuk sarang perlawan mahasiswa lintas kampus di Jogja, maka jaringan luar Jogja/ Jawa-Tengah digerakkan sejak awal 1990an. Dengan "mandat" itu ia menggarap jaringan Sumatra, dengan pusat konsolidasi di Palembang.

Meskipun ketika itu ia sudah selesai kuliah, aktivisme-nya di Sumatra Selatan untuk membantu gerakan bantuan hukum adalah implementasi dari politik kampusnya dulu untuk menggalang persekutuan rakyat itu.

Yamin adalah aktivis yang selalu optimis. Ia kerap merancang aksi demo dengan riang gembira. Belasan, mungkin puluhan aksi-aksi demo oposisi di Jogja, tak lepas dari kreativistasnya sebagai korlap. Ia sangat berpengalaman dalam aksi-aksi jalanan itu. Dan ia menimba banyak refleksi dari pengalaman itu.

Jauh ketika politik reformasi sudah bergulir panjang, sejak sebelum 2010an ia sudah mengincar Jokowi untuk memimipin Indonesia.

Ia sering bolak-balik Jogja-Jakarta-Solo pada tahunm-tahun itu untuk proyek politik "menaikkan Jokowi." Jadi kalau ada banyak orang percaya Jokowi dikarbit sepenuhnya oleh oligar-oligark nasional, gerakan Yamin dkk untuk mengusung Jokowi dari bawah membuktikan sisi lain naiknya Jokowi sejak 2012, 2014, dan sekarang 2019.

Yamin adalah "man of politics." Dan ia tak sungkan untuk menempuh jalan itu, blusukan di level elite, dengan basis kepartaiannya di PDIP, hingga menyusup kiri-kanan ke sarang-sarang kekuatan politik di luar istana.

Seseorang yang pernah secara ideasional ditempa oleh sentimen kerakyatan, tak akan tega bergabung dengan politisi busuk -- betapapun itu mungkin menguntungkan kepentingan personalnya.

Seperti pernah dinyatakannya sendiri dalam sebuah pertemuan dengan teman-teman lama lainnya, ia selalu rindu dimarahi oleh senior-seniornya. Ia mengatakan demikian dengan tawa-kekehnya yang khas itu.

Saya termasuk yang agak sebal terhadap gaya tertawanya itu. Tapi justru itu membuatnya dikangeni banyak temannya ...


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akhirul Anwar
Editor : Akhirul Anwar

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro