Bisnis.com, JAKARTA -- Sandiaga Uno, cawapres 02, mengutarakan niat untuk membeli kembali PT Indosat Tbk. Rencana itu menjadi pro dan kontra di kalangan warganet karena kinerja emiten berkode ISAT itu sedang buruk.
Sebenarnya, janji serupa pernah diutarakan calon petahana Joko Widodo ketika kampanye 2014. Jokowi menjanjikan akan membeli kembali Indosat, tetapi tidak terealisasi hingga saat ini.
Nah, warganet khawatir rencana buyback Indosat itu tidak memberikan keuntungan kepada Indonesia.
Apalagi perusahaan telekomunikasi itu memang tengah merugi. Indosat mencatatkan kerugian sepanjang 2018 senilai Rp2,08 triliun dibandingkan untung Rp1,3 triliun pada 2017.
Baca Juga
Nilai rugi bersih itu lebih besar ketimbang periode 2015 yang senilai Rp1,16 triliun.
Harga saham Indosat dari periode 22 Maret 2018 sampai 2 Januari 2019 pun merosot 66,76% menjadi Rp1.645 per saham.
Namun, harga saham ISAT sempat kembali terseret karena rumor merger dan akuisisi. Dari 2 Januari 2019 - 14 Februari 2019 harga saham Indosat terkerek 127,96% menjadi Rp3.750 per saham.
Sayangnya, rumor itu sekedar isu saja sehingga saham Indosat kembali melorot hingga Jumat (22/03/2019) sebesar 24,53% menjadi Rp2.830 per saham. Secara harian, harga saham Indosat pun turun 1,74%.
Meskipun begitu, banyak juga warganet yang merasa Sandiaga sebagai Cawapres bisa membawa Indosat kembali untung.
Hal itu senada dengan pernyataan tim Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga yang menyebutkan cawapres mereka sudah melakukan perhitungan kira-kira kebutuhan untuk buyback berapa dengan komposisi masing-masing.
Indosat pun dinilai cukup krusial karena terkait martabat bangsa dan industri telekomunikasi yang menyangkut hidup orang banyak.
Nasib Bank Pundi dan Mandala
Namun, ada fakta menarik kalau Sandi sempat gagal mengembangkan dua perusahaan yakni, PT Bank Pundi Tbk., sekarang PT Bank Banten Tbk., dan Mandala Airlines.
Sandiaga Uno selaku pemilik Recapital mengakuisisi PT Bank Eksekutif dan mengubah namanya menjadi Bank Pundi.
Kala itu, Sandi bermimpi ingin menjadikan Bank Pundi sebagai 20 bank dengan aset terbesar.
Pada 2010, Bank Eksekutif melakukan rights issue dengan target dana Rp300 miliar sampai Rp500 miliar. Recapital, perusahaan milik Sandi dan Rosan P. Roeslani, menjadi pembeli siaganya.
Aksi korporasi itu menjadi pintu masuk awal Sandiaga ke Bank Pundi.
Sayang kebersamaan Sandiaga dengan Bank Pundi hanya bertahan enam tahun. Pada 2016, Kepemilikan mayoritas Bank Pundi berganti menjadi Pemerintah Provinsi Banten.
Kinerja Bank Pundi pada 2015 pun mencatatkan rugi sebesar Rp331,15 miliar. Rugi itu lebih besar ketimbang periode sebelumnya senilai Rp150,13 miliar. Rasio kredit bermasalah bersih juga berada di level 4,91%.
Kerugian tahun terakhir Bank Pundi dimiliki Recapital itu lebih tinggi dibandingkan dengan setahun setelah dibeli pada 2011. Pada periode itu, Bank Pundi rugi Rp147,25 miliar. Rasio kredit bermasalah bersih saat itu pun senilai 3,95%.
Selain Bank Pundi, Akuisisi Mandala Airlines yang dilakukan Sandiaga malah berakhir dengan gulung tikar.
Membawa Mandala Kembali Terbang Selama 2 Tahun
Pada 11 Januari 2011, Mandala Airlines berhenti beroperasi dengan memiliki aset Rp110 miliar dan utang Rp2,45 triliun.
Lalu, pada Mei 2011, Sandiaga lewat Saratoga Group membeli 51% saham Mandala bersama Tiger Airways yang memegang 33% saham Mandala. Sisanya, saham dipegang oleh investor lama dan kreditur.
5 April 2012, Tigerair Mandala kembali beroperasi. Sayangnya, dua tahun pasca terbang, Mandala kembali kesulitan.
Pada 1 Juli 2014 seluruh penerbangan Tigerair Mandala dihentikan. 9 Desember 2014, Tiger Airways memaksakan pengajuan pailit.
Lalu, pada 9 Februari 2015, Mandala diputuskan pailit oleh pengadilan negeri Jakarta Pusat dengan total utang yang dapat ditagih Rp1,3 triliun.
Dengan begitu, apakah membeli kembali saham Indosat bisa menguntungkan untuk Indonesia?