Bisnis.com, JAKARTA — Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengaku menemukan berbagai praktik pemerasan terhadap rumah ibadah vihara dan klenteng di berbagai tempat di Indonesia.
Juru Bicara PSI Azmi Abu Bakar pertama kali mengungkapkan hal tersebut dalam akun Facebook resminya, Senin (18/3/2019), setelah mengunjungi sejumlah rumah ibadah bersama tim dari Museum Pustaka Peranakan Tionghoa.
Dia menilai hal ini terjadi akibat residu diskriminasi secara sistematis dan terlembaga terhadap etnis Tionghoa sejak masa Orde Baru melalui Inpres Nomor 14 Tahun 1967. Selain membatasi budaya etnis Tionghoa, Inpres tersebut juga membatasi kebebasan beragama yang berdampak pada eksistensi rumah ibadah mereka.
"Hal tersebut telah menjadi kebiasaan selama puluhan tahun. Kebanyakan rumah ibadah berupa vihara ataupun kelenteng, mengalami hal tersebut. Merata di berbagai tempat," ungkap Azmi kepada Bisnis, Senin (18/3).
Akibatnya, meskipun vihara dan kelenteng bukanlah rumah ibadah khusus bagi etnis Tionghoa, tapi turut mendapat beragam modus pemerasan karena memang etnis tersebut menjadi bagian yang besar dalam jemaat di rumah ibadah itu.
Dia melanjutkan modus para pelaku pemerasan, baik atas nama masyarakat atau organisasi, adalah melalui berbagai proposal kegiatan, menjual buku dan kalender tahunan, bahkan ada yang secara terang-terangan memaksa minta bantuan keuangan dengan ancaman.
"Para pelaku menganggap jemaat etnis Tionghoa adalah ‘gudang uang’ dan pantas diperlakukan demikian. Hal ini diperkuat oleh stigma terhadap etnis Tionghoa yang terbentuk sejak lama," papar Azmi.
Dia menegaskan PSI bakal memberantas berbagai modus pemerasan terhadap rumah ibadah yang sudah terjadi selama puluhan tahun ini.
"Kami akan coba dampingi rumah-rumah ibadah tersebut dan berikan edukasi [ke semua elemen masyarakat]," jelas Azmi.
Pasalnya, jika dibiarkan, maka hal itu dinilai sama saja memelihara praktik ketidakadilan dan diskriminasi di Indonesia.
Hingga kini, unggahan Azmi tersebut telah ditanggapi oleh 1.835 warga internet (warganet). Unggahan itu telah dibagikan 408 kali dan dikomentari oleh 224 orang, termasuk para tokoh pemuka agama yang mendukung perjuangannya.