Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PSI Janji Berantas Praktik Pemerasan Rumah Ibadah Vihara dan Kelenteng

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menemukan berbagai praktik pemerasan terhadap rumah ibadah Vihara dan Klenteng di berbagai tempat di Indonesia.
Jemaat vihara membersihkan patung di Vihara Kwan In Thang, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (30/1/2019). Ritual pencucian patung dewa serta bersih-bersih ini dilakukan dalam rangka perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2570./ANTARA-Muhammad Iqbal
Jemaat vihara membersihkan patung di Vihara Kwan In Thang, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Banten, Rabu (30/1/2019). Ritual pencucian patung dewa serta bersih-bersih ini dilakukan dalam rangka perayaan tahun baru China atau Imlek tahun 2570./ANTARA-Muhammad Iqbal

Bisnis.com, JAKARTA — Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengaku menemukan berbagai praktik pemerasan terhadap rumah ibadah vihara dan klenteng di berbagai tempat di Indonesia.

Juru Bicara PSI Azmi Abu Bakar pertama kali mengungkapkan hal tersebut dalam akun Facebook resminya, Senin (18/3/2019), setelah mengunjungi sejumlah rumah ibadah bersama tim dari Museum Pustaka Peranakan Tionghoa.

Dia menilai hal ini terjadi akibat residu diskriminasi secara sistematis dan terlembaga terhadap etnis Tionghoa sejak masa Orde Baru melalui Inpres Nomor 14 Tahun 1967. Selain membatasi budaya etnis Tionghoa, Inpres tersebut juga membatasi kebebasan beragama yang berdampak pada eksistensi rumah ibadah mereka.

"Hal tersebut telah menjadi kebiasaan selama puluhan tahun. Kebanyakan rumah ibadah berupa vihara ataupun kelenteng, mengalami hal tersebut. Merata di berbagai tempat," ungkap Azmi kepada Bisnis, Senin (18/3).

Akibatnya, meskipun vihara dan kelenteng bukanlah rumah ibadah khusus bagi etnis Tionghoa, tapi turut mendapat beragam modus pemerasan karena memang etnis tersebut menjadi bagian yang besar dalam jemaat di rumah ibadah itu.

Dia melanjutkan modus para pelaku pemerasan, baik atas nama masyarakat atau organisasi, adalah melalui berbagai proposal kegiatan, menjual buku dan kalender tahunan, bahkan ada yang secara terang-terangan memaksa minta bantuan keuangan dengan ancaman.

"Para pelaku menganggap jemaat etnis Tionghoa adalah ‘gudang uang’ dan pantas diperlakukan demikian. Hal ini diperkuat oleh stigma terhadap etnis Tionghoa yang terbentuk sejak lama," papar Azmi.

Dia menegaskan PSI bakal memberantas berbagai modus pemerasan terhadap rumah ibadah yang sudah terjadi selama puluhan tahun ini.

"Kami akan coba dampingi rumah-rumah ibadah tersebut dan berikan edukasi [ke semua elemen masyarakat]," jelas Azmi.

Pasalnya, jika dibiarkan, maka hal itu dinilai sama saja memelihara praktik ketidakadilan dan diskriminasi di Indonesia.

Hingga kini, unggahan Azmi tersebut telah ditanggapi oleh 1.835 warga internet (warganet). Unggahan itu telah dibagikan 408 kali dan dikomentari oleh 224 orang, termasuk para tokoh pemuka agama yang mendukung perjuangannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper