Bisnis.com, JAKARTA - Tak lama lagi seluruh umat Kristiani akan memperingati Jumat Agung. Good Friday atau yang dikenal dengan Jumat Agung merupakan hari untuk memperingati peristiwa penyaliban dan wafatnya Yesus Kristus.
Dilansir dari britannica.com, Sejak masa-masa awal Kekristenan, Jumat Agung diperingati sebagai hari kesedihan, penebusan dosa, dan puasa. Suatu karakteristik yang tercermin dalam kata Jerman disebut sebagai Karfreitag (Jumat yang Menyedihkan).
Perayaan liturgi Jumat Agung telah mengalami berbagai perubahan selama berabad-abad. Dalam Gereja Katolik Roma, misa tidak dirayakan pada hari Jumat Agung, meskipun sebuah liturgi dilakukan.
Sejak Abad Pertengahan, hanya imam pemimpin misa yang dapat menerima Komuni Kudus. Sebagai bagian dari misa Kamis Putih, umat awam juga menerima komuni pada Jumat Agung sejak tahun 1955. Adapun liturgi Jumat Agung terdiri dari pembacaan narasi Sengsara Injil, penyembahan salib, dan Komuni.
Pada abad ke-17, setelah gempa bumi di Peru, Ibadah Tiga Jam, sebuah meditasi penuh doa tentang "Tujuh Kata Terakhir Yesus di Kayu Salib", diperkenalkan ke dalam liturgi Katolik oleh para Yesuit. Kebaktian ini berlangsung di tengah hari hingga pukul 15.00.
Dilansir dari catholic.org, Yesus dikhianati oleh Yudas pada malam Perjamuan Terakhir, yang diperingati pada hari Kamis Putih. Pagi hari setelah penangkapan Kristus, Dia dibawa ke hadapan Hanas (seorang ulama Yahudi yang berkuasa). Dari situ, Yesus dibawa ke Pontius Pilatus, gubernur Romawi di provinsi tersebut.
Pontius Pilatus menanyai Yesus, tetapi dia tidak menemukan alasan untuk menghukum-Nya. Akhirnya, dia menyarankan agar para pemimpin Yahudi untuk menangani Yesus menurut hukum mereka sendiri. Namun, bawah hukum Romawi, mereka tidak dapat mengeksekusi Yesus, sehingga mereka memohon kepada Pilatus untuk mengeluarkan perintah untuk membunuh Yesus.
Pilatus mengajukan banding kepada Raja Herodes, yang tidak menemukan kesalahan pada Yesus dan mengirimkannya kembali kepada Pilatus.. Pilatus menyatakan bahwa Yesus tidak bersalah, tetapi orang yang berada disana tetap marah. Untuk mencegah terjadinya kerusuhan, Pilatus dengan berat hati setuju untuk mengeksekusi Yesus dan menjatuhkan hukuman penyaliban. Yesus dihukum karena menyatakan dirinya sebagai Raja orang Yahudi.
Sebelum Yesus disalib, dia dicambuk. Selama hukuman cambuk, para prajurit terus menyiksa Yesus, memahkotai-Nya dengan duri dan memberinya ejekan.
Setelah dicambuk, Yesus dipaksa memikul salib-Nya ke tempat eksekusi-Nya. Setelah sampai, Yesus dipaku di kayu salib dan disalibkan di antara dua orang penyamun. Sebuah tanda dipasang di atas Yesus untuk menunjukkan kejahatan yang dilakukan-Nya. Tanda itu berbunyi, "Yesus dari Nazaret, Raja orang Yahudi." Dalam bahasa Latin, titulus ini biasa disingkat menjadi "INRI" (Iesus Nazarenus, Rex Iudaeorum).
Selama beberapa jam terakhir Kristus di kayu salib, kegelapan menyelimuti seluruh negeri. Yesus diberi spons dengan anggur asam yang dicampur empedu, obat penghilang rasa sakit yang lemah dan pahit yang sering diberikan kepada korban yang disalibkan.
Pada saat kematian Kristus, sebuah gempa bumi terjadi dan Tirai yang berada di Bait Suci dikatakan robek dari atas ke bawah. Setelah kejadian itu, tubuh Kristus diturunkan dari salib dan dimakamkan.
The Reproaches (Improperia) sering kali diucapkan oleh seorang imam yang memimpin Jumat Agung ketika umat menghormati Salib. Dalam artiannya, Kristus sendiri 'menegur' umat manusia. Hal itu membuat umat menjadi lebih menyadari bagaimana dosa dan kekerasan hati yang telah menyebabkan penderitaan yang begitu besar bagi sang Juruselamat yang tidak berdosa dan penuh kasih.