Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Kecewa dengan 'Hadiah Perpisahan' Mario Draghi

Upaya Mario Draghi, Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) terbaru dan kemungkinan yang terakhir, untuk 'menyembuhkan' risiko ekonomi di zona euro dinilai belum cukup.
Gubernur Bank Sentral Eropa Mario Draghi./Reuters-Francois Lenoir
Gubernur Bank Sentral Eropa Mario Draghi./Reuters-Francois Lenoir

Bisnis.com, JAKARTA – Upaya Mario Draghi, Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) terbaru dan kemungkinan yang terakhir, untuk 'menyembuhkan' risiko ekonomi di zona euro dinilai belum cukup.

Draghi yang diperkirakan meninggalkan kantor bank sentral pada Oktober mendatang telah menghabiskan seluruh masa jabatannya memerangi krisis di Eropa.

Pada putaran baru kebijakan ECB, Draghi mengumumkan stimulus dalam bentuk pinjaman jangka panjang untuk bank dan berjanji tidak menaikkan suku bunga hingga 2020.

Kebijakan yang dianggap bank sentral dapat mendorong ekonomi ini menyusul proyeksi pertumbuhan 2019 yang mereka revisi menjadi hanya sebesar 1,1%.

Menurut sejumlah sumber, risiko yang terus menghantui proyeksi pertumbuhan ekonomi zona euro memaksa bank sentral untuk mengeluarkan stimulus besar-besaran.

Kebijakan dovish ECB justru tidak direspons hangat oleh investor dan ekonom. Meskipun mereka memuji Draghi atas kecepatannya dalam mengatasi potensi pelemahan ekonomi yang melebar, pasar cukup khawatir terhadap pinjaman kepada bank akan memberikan dampak yang lebih buruk dari yang pernah terjadi di masa lalu.

"Jika mereka merencanakan stimulus tambahan, ini langkah yang salah bagi bank komersial," kata Nick Kounis, ekonom di ABN Amro, seperti dikutip melalui Bloomberg, Jumat (8/3/2019).

"ECB seharusnya dapat terus mendorong panduan mereka lebih maju dan menghadapi risiko yang perlu diatasi yakni memulai kembali program pembelian aset," tambah Kounis.

Pinjaman kepada bank diberikan dengan masa jatuh tempo dua tahun, lebih pendek dari pinjaman sebelumnya dengan masa jatuh tempo 4 tahun. Meski demikian, ECB tidak memberikan kepastian apakah mereka akan memberikan syarat pinjaman yang ringan.

Skema TLTRO atau program operasi refinancing jangka panjang ini adalah upaya bank sentral untuk melindungi ekonomi dari ketegangan perdagangan, perlambatan di China dan ketidakpastian terkait dengan Brexit.

Namun, langkah ini juga diikuti dengan kekhawatiran bahwa keadaan di pasar saat ini lebih buruk daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Beberapa pembuat kebijakan menganggap perkiraan pertumbuhan yang diturunkan bank sentral untuk 2019 masih terlalu optimistis.

Saham ECB sempat menanjak naik berkat kabar pemangkasan proyeksi pertumbuhan, namun setelah pasar memahami sinyal bank sentral tersebut, saham tercatat mengalami penurunan terbesar dalam tiga bulan terakhir.

Euro melemah sementara obligasi pemerintah Eropa meningkat. "Akan sangat meremehkan jika kita menyebut ini sebagai kebijakan dovish. Pada tahap ini, jika situasinya memburuk, saya tidak yakin berapa banyak opsi yang dimiliki ECB untuk kebijakan pelonggaran yang efektif," kata Jordan Hiscott, chief trader di Ayondo Markets.

Sementara ECB memangkas perkiraan untuk pertumbuhan dan inflasi, Draghi mengatakan para dewan bank sentral menyatakan keyakinan mereka bahwa kemungkinan resesi di blok ekonomi 19 negara itu "sangat rendah."

Warga negara Italia tersebut mengutip kenaikan upah, peningkatan pasar tenaga kerja dan konsumsi umumnya tetap "dalam kondisi baik."


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper