Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat kemarin mengirim dua kapal Angkatan Laut melalui Selat Taiwan seiring meningkatnnya frekuensi pergerakan militer negara itu melalui jalur laut strategis yang diklaim China.
Pelayaran kapal yang penuh risiko itu akan meningkatkan ketegangan AS dengan China. Namun, Taiwan menilainya sebagai tanda dukungan dari pemerintah Trump di tengah memanasnya hubungan antara Taipei dan Beijing.
Pergerakan kapal itu terjadi justru ketika Presiden A.S. Donald Trump mengatakan Amerika Serikat dan China "sangat, sangat dekat" dengan kesepakatan untuk mengakhiri perang dagang selama berbulan-bulan yang telah memperlambat pertumbuhan global dan mengganggu pasar.
Pergerakan kapal itu juga terjadi beberapa saat sebelum pertemuan puncak antara Trump dan Kim Jong-un dari Korea Utara.
“Transit kapal-kapal melalui Selat Taiwan menunjukkan komitmen AS untuk Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka,” menurut Armada Pasifik AS dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip Reuters, Selasa (26/2/2019).
Kedua kapal itu diidentifikasi sebagai kapal perusak Stethem dan kapal kargo serta amunisi Angkatan Laut Cesar Chavez, menurut pernyataan itu. Selat Taiwan selebar 180 km (112 mil) memisahkan Taiwan dari Cina.
Baca Juga
Tidak ada reaksi langsung dari China, yang sebelumnya menyatakan penentangannya terhadap latihan-latihan semacam itu.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan bahwa kapal-kapal A.S. telah meninggalkan selat Taiwan mengikuti rute utara.
Angkatan bersenjata Taiwan terus mengawasi pelayaran itu dan tidak melihat ada yang luar biasa, jadi tidak ada alasan untuk khawatir, katanya.
Selama ini Washington tidak memiliki hubungan formal dengan Taiwan, tetapi terikat oleh hukum untuk membantu mempertahankan negara kepulauan itu sekalian sebagai sumber utama senjata.
Pentagon mengatakan Washington telah menjual senjata ke Taiwan lebih dari US$15 miliar sejak 2010.