Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Arab Saudi mendobrak sejarah dengan menunjuk seorang putri dari keluarga kerajaan sebagai duta besar untuk Amerika Serikat.
Putri Rima binti Bandar bin Sultan merupakan perempuan pertama yang akan menjabat posisi ini. Kabar soal Putri Rima ini disampaikan kantor berita pemerintah Saudi SPA pada Sabtu malam (23/2/2019).
Putri Rima bakal menggantikan pendahulunya, adik Putra Mahkota Mohammad bin Salman, Pangeran Khalid bin Salman yang diangkat sebagai wakil menteri pertahanan yang baru.
Diangkatnya Putri Rima terjadi di tengah kritik dunia internasional terhadap Arab Saudi menyusul skandal pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi Oktober lalu.
Di tengah terpaan tudingan keterlibatan pemerintah Saudi dalam pembunuhan itu, Pangeran Khalid yang menjabat sebagai dubes untuk AS sejak 2017, harus menerima kecaman dari lembaga legislatif AS dan bertahan untuk menyangkal keterlibatan kakaknya, Pangeran Mohammad.
Penunjukkan Putri Rima sebagai pengganti Pangeran Khalid dinilai banyak pihak sebagai usaha Saudi untuk meredam kecaman tersebut. Ia adalah putri dari mantan duta besar Saudi untuk AS yang cukup lama masa jabatannya.
Baca Juga
"Penunjukkan dubes baru menandakan usaha Saudi untuk memperbaiki hubungan dengan Washington dan membatasi skandal Khashoggi kembali mengemuka, setidaknya di hadapan Kongres," kata peneliti Institut Baker Universitas Rice, Kristian Urichsen sebagaimana dikutip Channel News Asia, Minggu (24/2/2019).
Rima memiliki karier di sektor swasta sebelum bergabung dengan Otoritas Olahraga Arab Saudi tempat ia memperjuangkan isu partisipasi perempuan dalam olahraga dan pemberdayaan perempuan.
Kendati latar belakangnya merupakan modal kuat untuk memperlihatkan bahwa Saudi kini mendukung hak perempuan, tugas Putri Rima dipastikan tak bakal mudah.
Sejak Oktober 2018, Departemen Keuangan AS telah menjatuhkan sanksi terhadap 17 warga Saudi yang terlibat dalam pembunuhan Saudi. Kongres AS pun baru-baru ini mengeluarkan pernyataan yang berisi simpulan bahwa Pangeran Mohammad terlibat dalam pembunuhan Khashoggi.
Posisi Riyadh saat ini pun terbilang tak menguntungkan. Sejumlah negara Barat ramai-ramai melayangkan kecaman atas rekam jejak perlindungan HAM negara itu yang buruk. Termasuk dugaan penyiksaan dan penahanan terhadap aktivis perempuan yang mengampanyekan hak mengemudi.