Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Agrikultur Amerika Serikat Sonny Perdue menyampaikan bahwa China diperkirakan akan mempercepat putaran pembelian biji kedelai berikutnya.
Sementara itu, komoditas lain seperti jagung, etanol, daging sapi dan unggas juga telah menjadi bagian dari negosiasi perdagangan antar kedua negara.
Pada perundingan perdagangan Jumat (22/2), China berkomitmen untuk menambah pembelian kedelai AS sebanyak 10 juta metrik ton, kebijakan ini merupakan salah satu bukti negosiasi berjalan ke arah yang lebih baik.
Ekspor produk agrikultur AS ke China telah mengalami penurunan drastis sejak perang dagangn dan kenaikan tarif yang intens pada tahun lalu.
"Saya harap [pembelian tambahan] dapat dilakukan secepatnya, apalagi ini hasil panen kedelai yang lama [timbunan]," ujar Perdue dalam sebuah wawancara seperti dikutip oleh Bloomberg, Minggu (24/2/2019).
Dia juga mengatakan bahwa negosiator AS dan China tengah membahas komoditas tambahan lain seperti beras dan sorgum, namun segala jenis potensi penjualan tergantung pada hasil akhir kesepakatan dagang.
Menurut Perdue, melihat bagaimana China dengan cepat memenuhi komitmen sebelumnya pada Desember, tambahan 10 juta ton pembelian kedelai mungkin akan siap sebelum musim semi mendatang.
Perdue mengharapkan jumlah simpanan kedelai yang dipanen pada musim gugur lalu akan berangsur berkurang dengan pembelian dari China.
Persediaan hasil panen AS diperkirakan naik dua kali lipat tahun ini di tengah peningkatan panen sementara volume ekspor ke China berkurang.
Menurut Perdue, dari pengalamannya berbisnis dengan pemerintahan China, bukan tidak mungkin mereka telah melakukan pemesanan di muka.
Sebagai informasi, Sinograin, perusahaan milik pemerintah China, dikabarkan telah menyetujui ketentuan kontrak pembelian pada Kamis (21/2) agar dapat segera melakukan pembelian jika ada kesepakatan yang dicapai selama perundingan dagang berlanjut di Washington.
"Saya optimis dan berharap bahwa pembelian kedelai 10 juta metrik ton ini akan dilakukan dalam waktu dekat," katanya.
Pada 2017, China mengimpor produk agrikultur AS sebesar US$24,2 miliar dengan porsi komoditas biji penghasil minyak sebesar 60%, sementara sisanya adalah produk seperti daging, kapas, sereal dan hasil laut.
Total pembelian gabungan merosot menjadi sekitar US$16 miliar pada tahun lalu akibat tarif pembalasan yang ditetapkan China kepada produk impor AS sehingga secara otomatis mengurangi volume impor.
"Lonjakan harga di Brasil dan Argentina pekan ini membuat AS berada dalam posisi yang baik untuk menarik permintaan dari China jika tidak ada tarif tambahan," tulis Terry Roggensack, salah satu pendiri pendiri perusahaan riset komoditas Hightower Report, menulis dalam sebuah catatan.