Bisnis.com, JAKARTA – Tiga hari menjelang debat kedua Pilpres yang akan diselenggarakan Minggu (17/2/2019), Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI P Hasto Kristiyanto membeberkan fakta soal koalisi paslon Prabowo-Sandi telah melakukan kesalahan fatal.
Hasto mengungkapkan upaya paslon Prabowo-Sandi masuk ke Kandang Banteng untuk menarik simpati warga di Jawa Tengah adalah sebuah usaha yang sia-sia.
“Jawa Tengah tetap solid dukung Jokowi. Prabowo-Sandi lupa bahwa syarat menyerang basis pertahanan lawan itu memerlukan soliditas di internal,” ungkap Hasto dalam keterangan resmi.
Menurut Hasto, upaya Prabowo-Sandi masuk ke Jawa Tengah adalah sebuah kegagalan. Upaya ‘provokasi’ dengan membuat kantor pemenangan di samping kantor pemenangan Jokowi-Ma’ruf Amin itu dinilai langkah blunder karena telah melukai perasaan masyarakat Jawa Tengah yang lebih mengedepankan nilai-nilai hidup rukun serta gotong-royong.
Dalam rilis yang diterima pada Kamis (14/2/2019) malam, Hasto juga mengklaim bahwa berkat kerja keras seluruh Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’ruf Amin serta semua relawan-relawan, saat ini Jawa Barat menjadi ‘rumah kedua’ setelah Jawa Tengah.
“Akibat koalisi Prabowo tidak solid, maka kolaborasi Parpol Koalisi Indonesia Kerja dan relawan berhasil merubah peta Jawa Barat. Jawa Barat saat ini menjadi Rumah Jokowi- Ma’ruf Amin,” tegas Hasto.
Pernyataan Hasto itu terkait dengan pergeseran peta politik di Jawa Barat, yang diperkuat oleh hasil survei IndoPolling serta beberapa lembaga survei kredibel lainnya.
Dia menambahkan elektabilitas paslon Jokowi-Ma’ruf Amin saat ini telah menyentuh angka 41,7 %, sedangkan Prabowo-Sandi turun menjadi 37,9%.
Hasil survei internal koalisi pendukung Jokowi, bahkan menempatkan elektabilitas Jokowi-Ma’ruf Amin di Jawa Barat telah mencapai angka 52,4%.
“Dukungan para tokoh Jawa Barat, seperti Agum Gumelar, Ridwan Kamil, TB Hasanuddin, Deddy Mizwar, Deddy Mulyadi, dan tokoh-tokoh sentral seperti Solichin GP, telah merubah drastis peta politik Jabar. Terlebih KH Ma’ruf Amin juga berkontribusi besar terhadap menguatnya dukungan umat muslim. Posisi Pak Jokowi sebagai incumbent yang berprestasi juga menjadi faktor berubahnya peta politik tersebut,” ujar Hasto.
Berdasarkan dua fakta di Jawa Barat dan Jawa Tengah tadi, oleh Hasto dijelaskan bahwa yang terjadi adalah sebuah kerugian ganda bagi koalisi Prabowo-Sandi.
“Jawa Tengah tidak membuahkan hasil, sedangkan Jawa Barat kebobolan. Atas perubahan peta politik di Jawa Barat, maka seluruh Parpol KIK, relawan dan tokoh, kini mendapatkan amunisi baru untuk memenangkan Jokowi-Ma'ruf Amin di atas 63%,” tutur Hasto.