Kabar24.com, JAKARTA – China berjanji untuk memperbesar pembelian barang-barang dari Amerika Serikat (AS) setelah putaran perundingan terbaru antara kedua negara berakhir di Washington.
Kantor berita Xinhua hari ini, Jumat (1/2/2019), melaporkan bahwa China setuju untuk meningkatkan impor produk-produk dan jasa pertanian, energi, maupun industri AS, meskipun tidak ada detail lebih lanjut mengenai produk dan jasa yang dimaksud.
“AS dan China juga sepakat untuk memperkuat kerja sama mereka dalam hak kekayaan intelektual dan transfer teknologi,” tulis Xinhua, seperti dilansir Bloomberg.
Baik AS maupun China menyatakan telah membuat kemajuan dalam perundingan perdagangan yang telah berlangsung selama dua hari terakhir di Washington dan sepakat untuk bertemu kembali di Beijing.
Pada Kamis (31/1/2019), Presiden AS Donald Trump mengatakan akan mengutus Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengunjungi China pada pertengahan Februari untuk mengadakan putaran pembicaraan berikutnya.
Lighthizer mengatakan AS dan China masih mencari bentuk kesepakatan akhir seperti apa yang akan diambil. Kemungkinan bagi kedua belah pihak adalah mengeluarkan nota kesepahaman.
Ini mendatangkan pertanyaan soal bagaimana kesepakatan seperti itu akan bertahan dan apakah akan berlaku hingga pemerintahan berikutnya.
Kedua belah pihak berupaya keras mencari solusi terbaik yang dapat menyudahi konflik perdagangan antara kedua negara sebelum batas waktu masa terhentinya pengenaan tarif berakhir pada 1 Maret mendatang.
Jika gagal, pemerintahan Trump telah menyatakan untuk menaikkan tarif terhadap impor barang-barang senilai US$200 miliar asal China.
Trump juga membuka kemungkinan tatap muka langsung dengan Presiden Xi Jinping setelah menerima undangan resmi dari pemimpin China tersebut.
Trump sempat menuliskan dalam akun Twitter-nya bahwa kesepakatan perdagangan tidak akan tercapai sampai ia dan Xi Jinping bertemu dalam waktu dekat. Tatap muka Trump dan Xi Jinping mendatang dipandang sebagai satu-satunya cara untuk menjembatani perbedaan mereka.
Kedua pemimpin negara kemungkinan bisa berdiskusi setelah Trump merealisasikan rencananya untuk bertemu kembali dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada Februari.