Kabar24.com, JAKARTA — Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) harus mengantisipasi dampak konflik internal dan eksodus sejumlah kader guna mempertahankan eksistensinya di Dewan Perwakilan Rakyat.
Kala ambang batas parlemen dinaikkan menjadi 4%, partai politik tersebut bukannya memperkuat diri justru bertikai di internal. Akibatnya, sebanyak tujuh dari 16 anggota DPR Hanura bermigrasi ke parpol lain sehinga mengancam suaranya pada Pemilu Legislatif 2019.
Peneliti Departemen Politik Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes mengatakan bahwa Ketua Umum DPP Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) memang berhasil memenangkan konflik internal melawan Sarifuddin Sudding. Namun, strategi Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) itu untuk mengatrol suara partainya di Pileg 2019 belum meyakinkan.
OSO, menurut Arya, awalnya menggebrak dengan menggaet sejumlah anggota DPD sebagai kader Hanura. Sayangnya, tidak banyak dari mereka yang berani mencalonkan diri sebagai anggota DPR.
“Banyak anggota DPD tak punya jaringan politik nasional, sehingga tak mampu meningkatkan elektabilitas partai,” katanya dalam temu media di Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Arya mengatakan Hanura semakin kesulitan setelah tujuh anggota DPR kubu Sudding menyeberang ke partai lain. Selain itu, sebanyak 25% calon anggota DPR Hanura pada Pileg 2014 tidak lagi maju pada kontestasi tahun ini.
“Ini menjadi tantangan tersendiri bagi OSO meski dia punya basis finansial,” ujarnya.
Pernyataan Arya itu mengonfirmasi temuan sejumlah lembaga survei yang menempatkan Hanura tidak lolos ambang batas parlemen pada Pileg 2019.