Kabar24.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memperingatkan Turki untuk tidak menyerang pasukan Kurdi di Suriah setelah tentara AS ditarik dari wilayah itu.
Pada Minggu malam (13/1/2019) waktu setempat, Trump menuliskan dalam akun Twitter-nya bahwa pemerintahannya perlahan sedang memulai penarikan balatentaranya dari Suriah seraya memukul sisa kekhalifahan teritorial ISIS.
Namun tentara AS akan kembali menyerang dari pangkalan terdekat yang ada jika kelompok jihadis tersebut menghimpun kekuatan lagi.
“AS menarik diri dari timur laut Suriah dengan cara yang kuat, penuh perhitungan, dan terkoordinasi, serta berupaya memastikan bahwa pasukan yang bertempur bersama mitra koalisi dalam kampanye melawan ISIS tidak diperlakukan dengan buruk,” kata seorang pejabat pemerintahan, dilansir dari Bloomberg.
Dalam cuitan terpisah, Trump juga memperingatkan Kurdi agar tidak memprovokasi Turki.
AS dan Turki telah menjadi sekutu selama lebih dari enam dekade, tetapi dalam beberapa tahun terakhir hubungan kedua negara telah berulang kali tegang karena perselisihan.
Dukungan AS untuk milisi Kurdi pimpinan Suriah, dikenal sebagai Unit Perlindungan Rakyat, yang dianggap sebagai musuh oleh Turki adalah sumber dari satu keretakan.
Hal ini pula yang mendorong Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menolak bertemu penasihat keamanan nasional Trump pekan lalu, setelah John Bolton menerima sambutan hangat dari para pejabat Israel beberapa hari sebelumnya.
Erdogan menolak usulan pertemuan dengan Bolton di Ankara pada 8 Januari, kemudian memanfaatkan siaran televisi langsung untuk mencercanya yang dinilai kurang perspektif.
“Meski kami membuat perjanjian yang jelas dengan Presiden AS Trump, suara yang berbeda muncul dari berbagai bagian pemerintahan,” kata Erdogan ketika Bolton bersiap untuk meninggalkan kota setelah bertemu dengan pejabat Turki lainnya. "Pernyataan Trump terus menjadi titik referensi utama bagi kami."
Pengumuman Trump pada Desember tentang keluarnya AS dari Suriah telah menyebabkan kebingungan di antara sekutu dan musuh. Ini pula yang menyebabkan pengunduran diri Menteri Pertahanan AS James Mattis.
Erdogan diketahui telah mengerahkan pasukan Turki di perbatasan Suriah selama berpekan-pekan guna mempersiapkan invasi untuk memberantas pasukan Kurdi yang dilindungi oleh AS.
Sejak Trump mengumumkan penarikan AS, anggota senior pemerintahannya termasuk Bolton dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo telah membuat frustasi Turki dengan menetapkan kondisi yang lebih spesifik pada apa yang awalnya disarankan oleh Trump sebagai penarikan yang cepat.
Penundaan itu membatasi kemampuan Turki untuk melancarkan serangan terhadap YPG, kelompok pejuang Kurdi yang dianggapnya teroris, tetapi juga bertindak sebagai sekutu koalisi AS untuk mengalahkan ISIS.