Bisnis.com, JAKARTA - Remaja Arab Saudi yang melarikan diri ke Thailand karena takut dibunuh keluarganya menghapus akun Twitter-nya pada Jumat (11/1/2019). Ia dikabarkan memperoleh ancaman pembunuhan melalui media sosial.
Rahaf Mohammad a-Qunun tiba di Thailand pada Sabtu (5/1/2019) setelah kabur dari keluarganya kala berkunjung ke Kuwait.
Al-Qunun, yang berencana mencari suaka di Australia menggegerkan dunia maya segera setelah ia memposting sebuah video yang memperlihatkan dirinya mengunci diri di sebuah kamar hotel Bandara Suvarnabhumi, Bangkok.
Dalam video tersebut, al-Qunun mengutarakan kekhawatirannya apabila pihak imigrasi Thailand mendeportasinya ke Arab Saudi.
Remaja berusia 18 tahun ini mengatakan bahwa nyawanya dalam bahaya jika ia kembali ke Saudi.
Dalam beberapa jam, kampanye #SaveRahaf menyebar di Twitter dan dukungan untuk keselamatan remaja itu mengalir.
Baca Juga
Pihak berwenang Thailand akhirnya memutuskan memberi izin masuk bagi Rahaf pada Senin (7/1/2019) yang sedianya akan ditahan karena menyalahi aturan keimigrasian.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) kemudian memberinya perlindungan dan merujuk Rahaf sebagai pencari suaka.
Sekitar tengah hari pada hari Jumat, akun Twitter-nya, @ rahaf84427714, tidak aktif setelah dia memposting bahwa ia mendapat "kabar buruk dan baik!" Akunnya sempat aktif kembali sekitar satu jam kemudian namun berstatus offline selang beberapa menit.
Seorang pengguna Twitter bernama Nourah yang diketahu sebagai teman Qunun mengatakan bahwa Qunun, "menerima ancaman kematian dan karena alasan ini ia menutup akun Twitter-nya".
Qunun, yang berada di Bangkok di lokasi yang dirahasiakan dan tidak dapat dimintai komentar, sebelumnya mengatakan di Twitter bahwa ia menerima ancaman pembunuhan dari seorang kerabat melalui media sosial.
Sophie McNeill, seorang jurnalis Australia Broadcast Corp. (ABC) yang telah melakukan kontak langsung dengan Qunun, mengatakan remaja itu dalam kondisi aman dan bak-baik saja serta memilih beristirahat sejenak dari Twitter.
"Dia baru saja menerima banyak ancaman kematian," kata McNeill di Twitter sebagaimana diwartakan Reuters.
Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne mengatakan pada hari Kamis (10/1/2019) Pemerintah Australia tengah melakukan penilaian apakah memberikan suaka kepada Qunun.