Bisnis.com, JAKARTA—Pengamat politik Adi Prayitno mengatakan tidak adanya tanggapan dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang yudhoyono (SBY) terkait cuitan Wasekjen Andi Arief soal isu tujuh kontainer surat suara tercoblos, mengindikasikan partai itu kini menggunakan strategi ganda.
Menurutnya, di satu sisi Partai Demokrat tetap berteguh pada narasi ketokohan SBY yang santun dan cool. Akan tetapi, di sisi lain partai itu melalui kadernya menyerang sebagai bagian peneguhan eksistensi Demokrat.
“Karena itu wajar jika SBY diam dalam kasus cuitan Andi Arief tersebut. Dengan kasus itu maka Demokrat banyak dibicarakan publik, dan dengan begitu publik diharapkan bisa dikonsolidasi untuk memilih Partai Demokrat di Pemilu 2019,” ujarnya, Rabu (9/1).
Adi berpendapat bahwa setiap partai memang selalu ada orang seperti Andi Arief, striker tunggal yang siap bertarung di barisan depan. Fungsinya banyak, salah satunya untuk menyerang lawan politik secara sporadis.
Hanya saja Adi menyayangkan karena diskursus politik itu dibangun atas dasar hoaks. Sejauh ini, serangan itu justru berbalik pada partai tersebut setelah cuitan tersebut mendapat tanggapan negatif publik.
“Secara politik boleh saja, namun paradoks jika amunisi diskursus yang dibangun dengan hoaks,” katanya.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah itu menilai diamnya SBY dalam kasus Andi Arief sebagai strategi politik baru Demokrat.
“Hanya saja strategi itu dengan hoaks. Karena, serangan politik kebohongan justru kontraproduktif dan paradoks dengan politik SBY dan bisa merugikan Demokrat,” ujarnya.
Adi menilai kesantunan politik SBY selama ini tidak cukup untuk mempertahankan eksistensi dan elektabilitas Demokrat.
“Kecenderungan arah mata angin politik 2019 tak memihak Demokrat. Karenanya, perlu strategi lain yang lebih nendang ke publik,” ujarnya.